“Kebangkrutan Ekonomi Srilanka dan Pakistan: Risiko yang Dihadapi Indonesia dan Upaya Mitigasi”

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Apapun peristiwa yang terjadi di negara atau belahan dunia lain bukan tidak mungkin suatu saat bisa terjadi di Indonesia jika tidak ada langkah antisipasi. Pengalaman bangsa lain harus menjadi perhatian bersama bagi negara Indonesia yang sangat dinamis perkembangannya, yang sebenarnya cukup “fragile”, tapi juga lumayan “strong”.

Demikian disampaikan Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina pada Webinar “Kebangkrutan Ekonomi Srilanka dan Pakistan: Resiko yang dihadapi Indonesia dan Upaya Mitigasi” yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Paramadina dan dimoderatori oleh Wendiyanto Saputra, Chief of kumparanBISNIS, Sabtu (23/04).

Menurut Wijayanto krisis Srilanka tak lepas dari kondisi Asia Selatan yang terbilang sangat unik di dunia. “Antara lain pertama, di kawasan yang kecil seperti Srilanka, bermukim 25% penduduk bumi. Kehidupan Politik sangat dinamis dan amat mendominasi. Kedua, kawasan Asia Selatan sarat konflik kepentingan internal dan persaingan politik antar negara-negara Pakistan, Bangladesh dan India sendiri yang pada 1947 merdeka. Pakistan dan Bangladesh memisahkan diri dari India pada 1971.”

Secara geopolitik dunia, kawasan tersebut menjadi titik strategis dari negara-negara besar Rusia, Amerika Serikat (AS) dan China. Rusia berkepentingan mencari partner negara yang mempunyai akses ke laut hangat, dan AS mencari proxy Pakistan. Untuk mengimbangi pengaruh Rusia di Asia Selatan.

Stafsus Wapres Bidang Ekonomi (2104-2019) yang akrab dipanggil Wija ini juga mengungkapkan bahwa China juga berkepentingan menyukseskan agenda BRI (Belt and Road Initiative) dengan mencari mitra strategis guna mewujudkan agenda BRI melalui fasilitas pinjaman kepada negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Selatan.

“Agenda BRI berintikan menyukseskan program China untuk menyukseskan ekspor produk-produk China atau import bahan baku yang dibutuhkan dalam negeri/industri China. Kehadiran China sebagai aktor baru di Asia Selatan menjadikan kawasan itu semakin dinamis.” Bebernya.

Komentar