Kritik Pedas Faisal Basri, Blak-blakan! Begini Jawaban Jokowi Soal Hilirisasi

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Kritikan pedas dari Ekonom Senior INDEF Faisal Basri terkait hilirisasi, khususnya untuk komoditas nikel, dijawab oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Presiden mengatakan, kebijakan hilirisasi, khususnya pada komoditas tambang, yang saat ini tengah digencarkan pemerintah penting untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri, sehingga bisa bermanfaat untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.

“Kaya SDA saja tidak cukup, jadi pemilik saja tidak cukup karena itu akan membuat kita menjadi bangsa pemalas yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya. Tanpa ada nilai tambah, tanpa ada keberlanjutan. Saya ingin tegaskan Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya, mampu memberikan nilai tambah dan menyejahterakan rakyatnya. Dan ini bisa kita lakukan melalui hilirisasi,” papar Presiden Jokowi saat memberikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI – DPD RI Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, dikutip Minggu (20/8/2023).

“Hilirisasi yang ingin kita lakukan adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi yang memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan,” ujarnya.

Jokowi mengatakan, hilirisasi yang ingin dilakukan pemerintah adalah hilirisasi yang tidak hanya pada komoditas mineral.

Tapi juga non mineral, seperti sawit, rumput laut, kelapa, dan komoditas potensial lainnya yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM petani dan nelayan, sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.

Jokowi pun menyadari bahwa pada awalnya ini akan terasa pahit, khususnya bagi eksportir bahan mentah. Namun dia memastikan program hilirisasi ini akan berbuah manis bagi negara ini.

“Upaya ini sedang kita lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah. Ini juga pahit bagi pendapatan negara jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi. Saya pastikan Ini akan berbuah manis pada akhirnya. Terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tuturnya.

Jokowi pun menjabarkan manfaat hilirisasi yang telah dilakukan pada komoditas nikel. Seperti diketahui, sejak 2020 Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel guna mendorong hilirisasi nikel di Tanah Air.
Dampaknya, lanjutnya, investasi hilirisasi nikel bertumbuh pesat, ada 43 pabrik pengolahan nikel yang telah dibangun.

“Sebagai gambaran, setelah kita stop ekspor nikel ore di 2020. Investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat kini telah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar. Ini baru 1 komoditas. Dan jika kita konsisten dan mampu melakukan hilirisasi untuk nikel tembaga bauksit CPO dan rumput laut,” bebernya.

Jokowi menyebut, berdasar hitung-hitungan perkiraan dalam 10 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan capai Rp 153 juta (US$ 10.900). Dalam 15 tahun, pendapatan per kapita akan capai Rp 217 juta (US$ 15.800). Dan dalam 22 tahun, pendapatan per kapita akan capai Rp 331 juta (US$ 25.000).

Komentar