RI Ungkap Tambang Nikel Australia-Caledonia Tutup, Ini Penyebabnya!

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Tambang Nikel Australia-Caledonia, resmi berhenti beroperasi. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), menyebut, Hilirisasi menjadi salah satu penyebabnya.

Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, selama ini Australia hanya memikirkan dari sisi penambang saja.

“Ini saya kira beda dengan Australia, dia gak mikir hilir, mereka ekspor-ekspor saja. Dari hilir harus dilihat price equilibrium, harus dilihat hulu untung hilir, untung baterai, untung mobil juga murah, jadi terjangkau masyarakat,” ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024, di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Jumat (30/3/24).

Seto memaparkan, tren harga komoditas seharusnya dapat dilihat dalam jangka panjang, setidaknya 10 tahun ke belakang.

Seto menyebut, harga nikel saat itu masih berada di level US$ 15.000 per ton, atau lebih rendah dibandingkan harga saat ini.

Ia mengatakan, bila harga Nikel tinggi, maka akan berdampak pada harga jual dari mobil listrik, begitupun sebaliknya.

“Jadi harga kira kira harus US$ 17.000 per ton, penambang smelter masih oke, mungkin gak se wow 2 tahun terakhir tapi cukup baik,” ujar Seto.

Dirinya pun keberatan dengan tuduhan yang menyebut, bahwa harga Nikel yang anjlok, karena membludaknya pasokan Nikel asal Indonesia.

Komentar