Soal Impor LPG Sampai Rp 80 T, Jokowi Sempat Kesal, PLN Berikan Solusi Ini…

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat meluapkan kekesalannya karena impor Liquified Petroleum Gas (LPG) yang mencapai sekitar Rp 80 triliun per tahun ditambah adanya subsidi ke masyarakat.

 Nah, atas besarnya impor LPG tersebut PT PLN (Persero) memberikan solusi untuk menekan impor melalui penggunaan energi dalam negeri.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan, untuk membantu pemerintah dalam menekan impor LPG salah satunya dengan mengoptimalisasikan energi dalam negeri, yakni memakai energi berbasis domestik sebagai bahan baku penggunaan kompor induksi atau kompor listrik.

Saat ini, kata Darmawan, saat ini PLN sedang mengalami oversupply atau kelebihan listrik sekitar 6,7 Giga Watt (GW) yang dihasilkan dari batu bara dan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Sebagian besar energi itu dihasilkan berdasarkan produksi domestik.

Sejatinya, penggunaan energi domestik itu bisa dipakai untuk menekan impor LPG melalui pemakaian kompor berbasis listrik. Melalui penggunaan kompor listrik inilah, pemerintah bisa mengurangi impor LPG yang saat ini diperkirakan per tahun bisa mencapai Rp 80 triliunan itu.

Darmawan menjabarkan, bahwa penggunaan 1 Kilogram (kg) LPG setara dengan penggunaan 7 kilo Watt hour (kWh) listrik. Tentunya, misalnya dengan pembelian gas LPG melon berkisar Rp 7.000 per kg (angka subsidi), maka penggunaan dengan kompor listrik jadi lebih murah.

“Jadi seakan-akan penggunaan 1 kg LPG melon itu murah, padahal di situ ada subsidi. Menggunakan induksi listrik lebih murah, tapi memang ada distorsi listrik karena subsidi yang perlu dikoreksi, listrik Rp 10 ribu, LPG Rp 7 ribu (subsidi). Perlu ada matching, kalo listrik lebih murah ada insentif dari listrik,” ungkap Darmawan kepada awak media, Senin (14/2/2022).

Darmawan mengatakan bahwa, tantangan menggunakan kompor listrik saat ini adalah berkenaan dengan pola atau gaya hidup dalam penggunaan LPG. Maka dari itu, perlu disosialisasikan lebih mendalam bahwa penggunaan kompor listrik akan lebih efisien dan ramah lingkungan ketimbang penggunaan LPG.

Seperti yang diketahui, bahwa Indonesia perlahan-lahan memang sudah beralih dalam pemakaian energi yang ramah lingkungan termasuk dalam urusan dapur ini. Dahulu, bisa dibayangkan bahwa Indonesia dalam urusan ‘dapur’ masih menggunakan bahan bakar minyak, yang kemudian beralih ke gas.

Nah, saat ini untuk menekan impor gas, Indonesia bisa menggunakan energi berbasis domestik dalam urusan ‘dapurnya’ tersebut.

“Perlu sosialisasi secara massif, industri perlu dibangun, lalu relokasi anggaran, kemudian energi mahal diubah jadi lebih murah. Sedang on going, perlu ada pergeseran gaya hidup, termasuk industri pendukung agar bisa berjalan secara lancar,” ungkap Darmawan.

PLN menargetkan sampai pada tahun 2024 akan ada sebanyak 8,5 juta pengguna kompor listrik. Oleh karena itu, perlu ada strategi khusus pengguna listrik dari yang saat ini masih 900 watt diubah menjadi 2.200 watt.

Komentar