Sri Mulyani Ungkap Kabar Buruk, dan Pesan Khusus untuk AHY

JurnalPatroliNews – Jakarta – Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan menghadiri Rapat Kerja Nasional Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2024 (7/3/24) lalu. Dalam rapat itu juga hadiri Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Agus Harimurti Yudhoyono.

Sri Mulyani mengungkap kabar buruk mengenai kondisi perekonomian dunia yang ia dapat usai menghadiri Pertemuan Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FCMBG) negara anggota G20 di Brazil.

“Karena saya baru kembali dari G20, sedikit oleh-oleh untuk Mas AHY,” ucap Sri Mulyani saat memberikan pemaparan di acara Rakernas ATR/BPN, beberapa saat lalu.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa proyeksi kondisi ekonomi global pada tahun 2024 masih belum menjanjikan. Pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik dari konflik-konflik bersenjata menjadi faktor utama yang mempengaruhi.

Meskipun diharapkan adanya pemulihan ekonomi yang kuat setelah pandemi berlalu, namun yang terjadi adalah adanya ‘scaring effect’ yang berdampak besar terhadap pemulihan ekonomi yang diharapkan. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam proses pemulihan.

Saat ekonomi dunia mengalami kontraksi, seharusnya pemulihan yang kuat dan berkelanjutan terjadi. Namun, karena adanya ‘scaring effect’, pemulihan tersebut tidak berlangsung seimbang,” paparnya.

Kondisi perekonomian tersebut semakin diperparah dengan ketegangan politik akibat perang yang mengakibatkan kenaikan harga pangan dan energi secara signifikan. Hal ini kemudian berdampak pada tingginya tingkat inflasi di banyak negara maju.

“Dengan adanya kombinasi kenaikan harga pangan dan energi dan disrupsi rantai pasok, inflasi terjadi di berbagai negara maju,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa respons terhadap kenaikan harga-harga tersebut adalah dengan menaikkan suku bunga oleh bank sentral negara-negara maju, yang terkadang mencapai hingga 500 basis poin dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini, yang sering disebut sebagai ‘higher for longer’, berdampak pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.

“Modal cenderung keluar, karena suku bunga seperti menyedot kapital itu dari negara berkembang dan emerging, ini yang menyebabkan negara berkembang mengalami tekanan mata uang dan banyak yang kondisi fiskalnya tidak sehat,” ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, dalam situasi yang sulit seperti ini, diperlukan konsolidasi yang kuat antar Kementerian dan lembaga di dalam negeri. Kementerian ATR/BPN yang dipimpin oleh AHY memiliki peran penting dalam hal ini karena berkaitan langsung dengan investasi dan perekonomian.

“Saya yakin ini waktu yang penting untuk konsolidasi, saya diminta memaparkan kondisi perekonomian dan bagaimana APBN dapat mendukung berbagai kebijakan di bidang agraria dan tata ruang yang merupakan salah satu kunci dalam investasi, perekonomian dan keadilan masyarakat.” tandasnya.

Komentar