Strategi ASEAN dalam Tingkatkan Posisi di Rantai Nilai Global

JurnalPatroliNews – Jakarta – Asia Tenggara sedang berada di jalur pertumbuhan ekonomi yang signifikan, didorong oleh perubahan dalam rantai pasokan global dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang ini membutuhkan dukungan keuangan yang kuat untuk menavigasi lanskap bisnis yang berkembang pesat di kawasan ini.

Sebagai pusat manufaktur yang semakin dominan, ASEAN mendapatkan keuntungan besar dari pergeseran perdagangan global. Perusahaan multinasional semakin mempercayakan wilayah ini sebagai basis produksi mereka, terutama setelah pandemi COVID-19 mengungkap kelemahan rantai pasokan yang terlalu terpusat pada satu negara.

Faktor Kunci Pendorong Pertumbuhan ASEAN

Terdapat tiga faktor utama yang mempercepat kemajuan ASEAN dalam rantai nilai global:

  1. Diversifikasi Rantai Pasokan
    ASEAN menjadi tujuan utama bagi perusahaan yang ingin mengurangi risiko dengan menyebarkan produksi ke berbagai negara, baik dari kawasan itu sendiri maupun dari luar Asia.
  2. Prospek Ekonomi yang Positif
    Berdasarkan data IMF, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai 4,6% pada 2024, jauh melampaui rata-rata global sebesar 2,4%.
  3. Peningkatan Investasi di Sektor Manufaktur
    Dengan dorongan teknologi dan transisi ke ekonomi berkelanjutan, investasi dalam sektor seperti elektronik, semikonduktor, dan teknologi canggih lainnya terus meningkat.

Transformasi Manufaktur ASEAN

Negara-negara ASEAN berupaya beralih dari sekadar pusat produksi murah menuju industri yang menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Sektor yang mengalami pertumbuhan pesat meliputi:

  • Elektronik dan Semikonduktor: Negara seperti Malaysia dan Vietnam telah menjadi pusat produksi bagi raksasa teknologi global.
  • Kendaraan Listrik dan Baterai: Indonesia memanfaatkan cadangan nikelnya untuk menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik.
  • Farmasi dan Bioteknologi: Thailand dan Filipina mulai berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan produk medis.

Pada 2023, total perdagangan barang di ASEAN mencapai USD3,6 triliun, meningkat dari USD2,8 triliun sebelum pandemi. Vietnam, misalnya, mencatat lonjakan ekspor yang signifikan, dari 54,2% PDB pada 2010 menjadi 93,8% pada 2022. Laporan Boston Consulting Group memprediksi bahwa ASEAN dapat menambah output manufaktur hingga USD600 miliar per tahun dan menciptakan sekitar 140.000 lapangan kerja baru setiap tahunnya.

Komentar