Alec Baldwin: Apa Itu Peluru Kosong dan Senjata Properti Syuting – Mengapa Mereka Berbahaya?

Apakah insiden serupa pernah terjadi sebelumnya?

Ya. Brandon Lee, anak dari legenda seni bela diri Bruce Lee, mengalami insiden serupa.

Brandon Lee tewas pada usia 28 tahun pada 1993 saat proses syuting The Crow, ketika sebuah senjata properti yang secara keliru berisi peluru dummy ditembakkan ke arahnya.

Peluru dummy tidak dilengkapi dengan bahan peledak dan dalam kasus ini dipakai untuk mengambil gambar secara close-up. Ketika peluru kosong ditembakkan, sebagian dari peluru dummy tertinggal di dalam senjata.

Setelah Lee tertembak, kamera terus merekam. Hanya ketika dia tidak bangun lagi di akhir pengambilan adegan lah ketika kru film menyadari ada sesuatu yang salah telah terjadi.

Dalam insiden lain, pada 1984, aktor AS Jon-Erik Hexum bercanda di lokasi syuting acara televisi setelah kesal karena waktu pengambilan gambar yang ngaret.

Dia mengisi revolver dengan peluru kosong, memutar sarangnya, meletakkan moncong senjata ke pelipisnya, dan menembak.

Tidak seperti Lee, Hexum tidak langsung tewas karena proyektil, namun efek dorong tembakan kosong itu sangat kuat hingga meretakkan tengkoraknya. Dia meninggal dunia beberapa hari setelahnya di rumah sakit.

Bagaimana peluru kosong bisa digunakan dengan aman?

Kematian Hexum menggarisbawahi permasalahan dengan peluru kosong — bahkan tanpa proyektil, mereka bisa menjadi alat yang berbahaya.

Semakin menambah risiko, beberapa set film menggunakan bubuk mesiu ekstra untuk membuat efek visual lebih kuat.

Set film biasanya memiliki aturan ketat tentang penggunaan senjata properti. Para spesialis menyediakan senjata untuk digunakan dalam film dan memberi pengarahan akan penggunaannya.

“Ada langkah-langkah keamanan mendasar di setiap set film,” kata Mike Tristano, ahli senjata yang telah bekerja dengan Alec Baldwin di masa lalu.

“Anda tidak boleh mengarahkan senjata, meskipun itu bukan senjata betulan, ke orang lain. Saya tidak habis pikir mengapa insiden ini bisa terjadi dan bagaimana ini bisa menjadi sangat parah.”

Adegan yang umum diambil dalam film biasanya menunjukkan seorang aktor menembak ke arah kamera dan Steven Hall, yang sebelumnya pernah bekerja dalam film seperti Fury dan The Imitation Game, berkata adegan ini pun harus diambil dengan alat pengaman.

“Jika Anda berada di garis tembakan… Anda harus memakai masker wajah, kacamata goggle, harus berdiri di belakang kaca pengaman, dan Anda harus meminimalisir jumlah orang di dekat kamera,” kata dia.

“Yang saya tidak mengerti dalam kejadian ini adalah, bagaimana bisa dua orang terluka, yang satu terbunuh, dalam peristiwa yang sama,” ujarnya.

Beberapa orang lain yang bekerja di industri film bertanya-tanya, di masa ketika efek senjata bisa ditambahkan dengan murah menggunakan komputer, peluru kosong masih digunakan untuk syuting.

Aerial footage shows the film set where the incident happened

“Tidak ada alasan lagi untuk menggunakan senjata yang terisi dengan peluru kosong atau peluru apapun di set syuting. Seharusnya ini melanggar hukum,” cuit Craig Zobel, aktor dan sutradara yang terlibat dalam Westworld dan Mare of Easttown.

“Senjata properti adalah senjata,” cuit penulis naskah TV, David Slack. “Peluru kosong memiliki bubuk mesiu betulan di dalamnya. Mereka dapat melukai dan membunuh orang — dan ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

“Dan jika Anda berada dalam set di mana senjata properti dipakai tanpa kehati-hatian tinggi dan standar keamanan, sebaiknya Anda meninggalkan set itu.

“Tidak ada film atau adegan yang sepadan bila risikonya adalah nyawa manusia,” imbuhnya.

Komentar