Suriah Membara: Pemberontak Capai Aleppo, Rusia Gelar Serangan Udara Besar

JurnalPatroliNews – Jakarta – Suriah kembali dihadapkan pada babak baru konflik bersenjata. Kelompok pemberontak, dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menyatakan berhasil mencapai jantung kota Aleppo, kota strategis yang pernah mereka kuasai sebelum direbut kembali oleh pemerintah pada 2016.

Dilansir Reuters dan Al-Arabiya, Sabtu (30/11/2024), otoritas Suriah segera menutup Bandara Internasional Aleppo dan seluruh akses jalan menuju kota itu. Serangan mendadak HTS dan kelompok oposisi lainnya memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih besar di wilayah tersebut.

Pemberontak Klaim Kemajuan
HTS dan sekutunya memulai serangan skala besar sejak Rabu lalu, menyisir wilayah yang sebelumnya dikuasai pasukan Presiden Bashar al-Assad. Mustafa Abdul Jaber, komandan brigade pemberontak Jaish al-Izza, menyatakan bahwa keberhasilan mereka disebabkan oleh melemahnya kekuatan milisi pro-Iran di Aleppo akibat serangkaian serangan Israel. Konflik Gaza yang meluas ke kawasan Timur Tengah turut memengaruhi keseimbangan kekuatan di Suriah.

Serangan ini diklaim sebagai balasan atas meningkatnya serangan udara Rusia dan Suriah di Idlib yang menargetkan warga sipil. Selain itu, pemberontak menyebut langkah ini sebagai upaya mencegah serangan lebih besar dari militer Suriah.

Dukungan dan Respons Internasional
Sumber-sumber oposisi yang berhubungan dengan intelijen Turki menyatakan bahwa Ankara memberikan lampu hijau untuk operasi ini. Namun, Kementerian Luar Negeri Turki membantah mendukung serangan itu secara langsung dan memperingatkan risiko ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan.

Di sisi lain, Rusia, sekutu utama Suriah, menjanjikan dukungan militer tambahan kepada Damaskus. Angkatan udara Rusia dilaporkan telah menggencarkan serangan udara terhadap posisi pemberontak di Aleppo untuk memukul mundur pasukan anti-pemerintah.

Dampak dan Potensi Eskalasi
Serangan ini menjadi yang terbesar sejak 2020, ketika Rusia dan Turki menyepakati perjanjian de-eskalasi. Pengamat internasional memperingatkan bahwa konflik terbaru ini dapat memperumit situasi geopolitik di Suriah, memperburuk krisis kemanusiaan, dan memicu ketegangan lebih luas di kawasan Timur Tengah.

Komentar