Eks Bos Pertamina Tersangka KPK, Ini Respons Erick Thohir Kasus Korupsi LNG

JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri BUMN Erick Thohir buka suara merespons mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, yang ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan KPK. Karena terjerat kasus korupsi liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair. Kerugian negara akibat dugaan korupsi ini diperkirakan Rp 2,1 triliun.

Menurut Erick, sejak dirinya dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemban jabatan ini, ia menegaskan harus ada program bersih-bersih BUMN. Namun Erick menyinggung banyak kasus yang melibatkan BUMN justru terjadi sebelum dirinya menjabat.

“Kalau kita melihat banyak sekali isu yang terjadi sebelum saya menjabat. Tapi kembali lagi yang namanya perbaikan harus terus berlangsung. Contoh kemarin Waskita Beton, itu kan sebelum (menjabat). Kemarin ada istilah kok PMN belum digunakan. Coba dicek, kan ada pemberitaan juga bilang ‘oh ini zaman pak Erick sibuk. Lah PMN itu tahun 2015,” katanya di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).

Ia menjamin di era kepemimpinannya BUMN lebih transparan. Menurutnya BUMN adalah milik rakyat juga, sehingga harus mendukung pertumbuhan ekonomi, dan menjaga disparitas antara si miskin dan si kaya. Misalnya dengan membangun ekosistem dan menggaet pihak swasta atau investor asing demi melindungi UMKM.

Terkait Pertamina, Erick menjamin perusahaan itu kini lebih terbuka. Hal tersebut membuat Pertamina kini bisa mendapat untung

“Makanya sekarang kan Pertamina ada holding dan subholding. Itu yang kita dorong keterbukaan. Sama dengan PLN. Jadi bukunya terpisah. Itulah makanya Pertamina banyak perusahaannya untung karena sudah dikeker. Jadi nggak bisa tutup-tutupan gitu. Mana yang penugasan mana yang bisnis biasa, ini yang kita jaga,” imbuhnya.

Ia juga mengingatkan Pertamina dan PLN harus lebih efisiensi. Hal tersebut dibutuhkan demi bisa bersaing di kancah global.

“Pertamina, PLN harus efisiensi. Kita tau Pertamina itu sudah efisiensi hampir US$ 1,9 miliar. Itu penting. PLN berani memotong capex-nya sampai efisiensi 40%. Ini kita dorong. Kenapa? Karena tidak mungkin dalam persaingan global ini ya, tadi BUMN tidak melakukan efisiensi,” terang Erick.

“Itu yang kita terus jaga, tapi transparan dan memilih orang yang tepat dalam memimpin,” pungkasnya.

Komentar