Hentikan Penangkapan Massal Buruh Migran Tak Berdokumen dan Penyiksaan di Pusat Penahanan Sementara di Sabah, Malaysia

YB Datuk Seri Ismail Sabir Yaakob (2020).

Media Assembly Talking Points Memo. 14 Oktober 2020. Investigasi tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan sebanyak 25 buruh migran yang baru saja dideportasi dari sebuah Pusat Tahanan Sementara (PTS), di Tawau, Sabah, Malaysia. Wawancara mendalam dilakukan di shelter milik pemerintah di pulau Nunukan sepanjang 23 – 27 Oktober 2021. Berdasarkan wawancara tersebut kami menemukan setidaknya empat pelanggaran HAM yang berlaku massal, sistematis dan rutin:

Pertama, penghukuman dan perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan masih terus berlangsung di PTS Tawau, Sabah, Malaysia. Bentuk-bentuk penghukuman dan perlakuan tidak manusiawi tersebut meliputi pemukulan, pengeroyokan oleh petugas PTS kepada deportan yang dianggap melakukan kesalahan berat, dipaksa duduk jongkok berjam-jam, dan duduk di teralis besi selama berjam-jam.


Kedua, masih buruknya kondisi di dalam PTS Tawau, Sabah, Malaysia. Hal ini meliputi ketiadaan air bersih di dalam PTS yang masih terus berlanjut sampai saat ini. Akibatnya, hampir seluruh tahanan mengalami penyakit kulit parah seperti scabies dan kekurangan gizi. Ketiga, pemborgolan selama 24 jam perhari, 7 hari seminggu, selama satu sampai dua bulan di lokasi penahanan transit.

Akibat dari tingginya jumlah penangkapan dibandingkan jumlah deportasi, hal ini membuat baik penjara maupun pusat tahanan imigrasi Tawau menjadi semakin sesak. Hal bukannya diatasi dengan menghentikan penangkapan massal dan mempercepat proses deportasi, namun direspon dengan menciptakan lokasi-lokasi penahanan transit sebelum deportan dikirim dari penjara ke pusat tahanan imigrasi. Keempat, tingginya angka kematian di dalam PTS Tawau, Sabah.

Akibat kondisi yang buruk di dalam PTS dan hampir tidak adanya akses terhadap pelayanan kesehatan, banyak tahanan yang kemudian mengalami sakit. Beberapa dari mereka mengalami sakit berat dan terlalu terlambat dibawa ke rumah sakit. Ketika kondisinya sudah terlalu parah, baru mereka akan dibawa ke rumah sakit.

Hal ini menyebabkan banyak tahanan yang meninggal di dalam PTS, bahkan salah satu perempuan hamil meninggal karena penyiksaan dan tidak adanya fasilitas yang melindungi mereka di PTS. Maka, Koalisi Buruh Migran Berdaulat menuntut agar otoritas Sabah segera:

  1. Menghentikan segala bentuk operasi penangkapan kepada migran tak berdokumen. Hanya dengan
    menghentikan segala bentuk operasi penangkapan inilah migran akan merasa aman dan tidak
    perlu bersembunyi dari otoritas. Dengan demikian upaya-upaya untuk mencegah penyebaran
    virus Covid-19, termasuk melalui vaksinasi kepada populasi yang hidup di Sabah menjadi lebih
    mudah dilakukan.
  2. Menghentikan segala bentuk penyiksaan, penghukuman, perlakuan tidak manusiawi, dan
    merendahkan kepada seluruh tahanan imigrasi.
  3. Memperbaiki kondisi di dalam PTS, memenuhi standar minimum penahanan orang di dalam PTS,
    termasuk memberikan akses terhadap air bersih, makanan, dan akses kesehatan yang layak.
  4. Menghentikan praktik pemborgolan, termasuk juga segera melakukan penyelidikan untuk
    kemudian mengadili dan menghukum mereka yang dianggap bertanggung jawab atas seluruh
    praktik penyiksaan dan kematian di dalam pusat tahanan sementara di Tawau, Sabah.

Komentar