“Dari pemikiran besar Bung Karno (sebutan popular Ir Soekarno) didukung para Ulama dan founding fathers lainnya, lahir Pancasila sebagai dasar kita bernegara dan menjaga keberagaman bangsa Indonesia sebagai umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah ta’ala,” terang Iqbal.
LEGACY PRESIDEN JOKOWI
DPN Kombatan, kata Iqbal, sangat mengapresiasi kepedulian Presiden Jokowi merajut kembali dan membangkitkan energi besar bangsa Indonesia yang pernah menjadi legacy bapak bangsa, Bung Karno maupun KH Hasyim Asy’ari.
“Ditetapkannya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober oleh Presiden Jokowi lewat Keppres Nomer 22 Tahun 2015 patut diakui bahwa Presiden Jokowi benar-benar figur negarawan yang menghormati adagiumnya Bung Karno tentang ‘Jasmerah’ atau jangan sekali-kali melupakan sejarah,” terang Iqbal.
Sebab, kata dia, tanggal 22 Oktober 1945 merupakan momentum bersejarah bagi para santri di tanah air. Karena bertepatan hari dicetuskannya resolusi jihad oleh KH Hasyim Asy’ari. Artinya, para santri dan semua elemen rakyat hukumnya wajib atau fardhu ‘ain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan RI.
”Setelah resolusi jihad dicetuskan, terjadi pertempuran besar-besaran yang dilakukan para santri dan rakyat melawan tentara Nica Belanda dan sekutu yang ingin menduduki Kota Surabaya. Perang mengorbankan ribuan nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan RI yang baru tiga bulan diproklamirkan Bung Karno bersama Bung Hatta itu menarik perhatian dunia, karena menewaskan jenderal terbaik Inggris, Malaby,” jelas Iqbal.
Ketum DPN Kombatan Budi Mulyawan kembali menegaskan, pihaknya sebagai relawan militan Jokowi saat di Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, berharap legacy Presiden Jokowi tentang momentum Hari Santri Nasional ini tidak hanya menjadi simbol bangkitnya cinta tanah air di kalangan santri. Tapi, kata dia, dapat memantik lahirnya tokoh-tokoh besar berskala dunia, mengikuti jejak KH Haryim Asy’ari seperti yang dialami Presiden RI ke-5 Gus Dur.
“Sekaligus, momen ini juga bisa menjadi bagian dari pilar hubbul wathon minal iman sebagaimana yang pernah digaungkan KH Hasyim Asy’ari. Sehingga, santri mampu konsisten bersama-sama kalangan nasionalis menjaga persatuan dan keutuhan NKRI adalah harga mati,” tandas Budi Mulyawan, yang akrab dipanggil Cepi. @licom_09
Komentar