Sudah 5 Kali Disinggung Jokowi, Sinyal-sinyal Harga Pertalite akan Naik

Sebelumnya Bahlil mengatakan jumlah subsidi saat ini berpotensi mencapai Rp 500 triliun – Rp 600 triliun atau setara dengan 25% total pendapatan APBN. Ia berpendapat subsidi yang tinggi tidak sehat untuk keuangan negara.

“Sampai kapan APBN kita kuat menghadapi subsidi yang begitu tinggi? Jadi tolong sampaikan juga kepada rakyat, bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya sih harus siap-siap, kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi,” katanya, Jumat (14/8/2022).

Bahlil menjelaskan, harga BBM di APBN berkisar US$ 63 – US$ 70 per barel, sedangkan harga minyak dunia terus melambung tinggi dengan rata-rata dari Januari sampai Juli US$ 105 per barel.

“Harga minyak di APBN kita sekitar US$ 63 – US$ 70 per barel. Sekarang harga minyak dunia dari Januari sampai Juli US$ 105 per barel. Hari ini kalo harganya US$ 100/barel, subsidi kita bisa mencapai Rp 500 triliun,” ungkapnya.

Bahkan, bila harga minyak berada di atas US$ 100 dan pemerintah tetap menahan harga, maka subsidi pemerintah bisa menyentuh Rp 600 triliun. Asumsinya adalah kurs dolar berada di Rp 14,750, dan pemerintah menambah kuota Pertalite dari 23 juta kiloliter menjadi 29 juta kiloliter.

Sinyal kenaikan harga Pertalite dari ESDM Arifin Tasrif
Terbaru, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui pemerintah sedang membahas kenaikan harga BBM jenis Pertalite. Padahal selama ini BBM tersebut masuk ke dalam Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yang harganya ditentukan pemerintah dan tidak dilepaskan ke pasar.

Saat ini, Arifin mengatakan pembahasan kenaikan harga Pertalite intens dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang dipimpin Airlangga Hartarto.

“Lagi dibahas (kenaikan BBM Pertalite). Masih dikoordinasi di Pak Airlangga,” kata Arifin kepada wartawan usai Sidang Tahunan MPR, Selasa (16/8/2022).

Menurutnya, harus ada Peraturan Presiden (Perpres) yang diubah terlebih dahulu untuk menaikkan harga BBM. Maka ada kemungkinan besar butuh waktu pembahasan lebih lama.

“Kita harus mengubah Perpres dulu. (Apakah bulan ini?) Mudah-mudahan, karena harus sosialisasi dulu,” sebut Arifin.

Sinyal kenaikan harga Pertalite dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto
Senada dengan Arifin, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah mengkaji kembali harga bahan bakar minyak (BBM) imbas lonjakan harga minyak dunia. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi ke depan.

“Pemerintah sekarang dalam status melakukan review terkait kebutuhan akibat dari kenaikan harga BBM baik dari segi volume maupun dari kebijakan selanjutnya. Dari kajian tersebut pemerintah memperhitungkan potensi kenaikan inflasi dan terkait efek terhadap PDB ke depan,” kata Airlangga dalam konferensi pers Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023.

Komentar