BPIP Ingatkan Persatuan Lewat Batik, Wastra Dengan Sejuta Cerita dan Makna

Masih dari Solo, Jihan dan Jericho juga mendapatkan cerita bagaimana Presiden Sukarno terpukau dengan kecintaan seorang Go Tek Swan, seorang Tionghoa di Solo, yang mendalami budaya Jawa. Karena kedekatannya, Presiden Sukarno kemudian meminta Go Tek Swan untuk membuat batik Indonesia di tahun 1955.

Seiring perjalanan waktu, Go Tek Swan berhasil melahirkan batik Indonesia sesuai permintaan Sukarno. Go Tek Swan menerjemahkannya sebagai batik persatuan. Menurut Nunung Iskandar, pecinta batik di Solo, yang dimaksud batik persatuan adalah batik yang didalamnya mengandung makna persatuan, mempersatukan unsur-unsur dari semua daerah-daerah.

Dari cerita perjalanan Jihan dan Jericho ke Yogyakarta dan Solo tersebut, keinginan BPIP untuk mengenalkan keragaman kekayaan budaya dan persatuan Indonesia lewat batik cukup berhasil.

Melalui gambar-gambar yang apik dan tidak membosankan, BPIP mengingatkan penonton mengenai persatuan Indonesia dan keragaman kekayaan budaya Indonesia tanpa terkesan menggurui.

Narasi mengenai batik dalam video tersebut pun tidak perlu diragukan lagi kebenarannya karena telah melalui riset mendalam dibawah pembinaan Samuel Watimena, seorang perancang busana ternama yang senang sekali mengangkat kain-kain tradisional Indonesia.

Penonton juga diingatkan bahwa kini batik bukan hanya warisan kekayaan bangsa Indonesia, tetapi juga warisan kekayaan budaya dunia tak benda yang telah diakui UNESCO.

Tentu saja cerita tentang batik tidak cukup dari Yogyakarta dan Solo saja. Indonesia begitu luas, beragam motif batik tersebar di seluruh penjuru negeri. Bicara batik bicara Indonesia.

Batik adalah wastra yang bercerita, yang penuh dengan sejuta cerita dan makna tentang Indonesia dan kehidupannya.

Komentar