Mempererat Kerjasama AOIP untuk Episentrum Pertumbuhan: Memperingati 50 Tahun Persahabatan dan Kerjasama ASEAN-Jepang

Pembicara kedua Mohammad Syaban menyatakan bahwa selama 50 tahun, hubungan ASEAN-Jepang telah berkembang dari motif ekonomi menjadi prioritas kerja sama antar masyarakat, dengan menekankan pentingnya hubungan budaya dan antarmanusia.

Harapan ASEAN kepada Indo-Pasifik (AIOP) lanjut Syaban adalah untuk memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kedaulatan sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip hukum standar, sehingga memberikan manfaat bagi negara-negara ASEAN.

“Mengatasi kesenjangan pendanaan infrastruktur yang semakin besar di ASEAN sangat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, seperti yang disoroti oleh penelitian ADB.” Tuturnya.

Metode pendanaan yang inovatif, termasuk Official Development Assistance (ODA), dapat meningkatkan kepemimpinan Jepang dalam keberhasilan AIOP, mendorong perdamaian dan kemakmuran.

“ODA Jepang tetap menjadi alat diplomasi yang penting di tengah ketidakpastian global seperti persaingan AS-Tiongkok, sehingga berkontribusi terhadap visi komunitas ASEAN dan stabilitas regional” ujar Syaban.

Dalam kesempatan yang sama Tauhid Ahmad menyoroti Peran Jepang dalam investasi di Indonesia yang sangat strategis meskipun terdapat fluktuasi yang mencerminkan kondisi kedua negara. 

“Terdapat hambatan utama terhadap investasi di Indonesia mulai dari upah tenaga kerja, biaya pengadaan, perpajakan, fluktuasi nilai tukar dan prosedur kepabeanan.  Diperlukan terobosan baru terkait formulasi upah yang kompetitif, efisiensi pengadaan bahan baku dan proses, penguatan insentif dan kepastian pajak serta penguatan kebijakan de-dolarisasi.” Ungkapnya,.

Syaban juga menyoroti perdagangan antara Indonesia dan Jepang menunjukkan kecenderungan menurun di tengah rendahnya pertumbuhan ekonomi Jepang.“Terdapat kendala dalam penguatan perdagangan kedua negara, mulai dari belum optimalnya industri manufaktur Indonesia, hambatan non-tarif kedua negara, hingga karakteristik bisnis di Jepang yang canggih.” Terangnya.

Ia juga menyarankan pentingnya untuk memperkuat industri Indonesia dengan menjalin kemitraan yang lebih luas dengan investor Jepang dan dibarengi dengan peningkatan daya saing guna memenuhi hambatan non-tarif yang diberlakukan Jepang.

Pembicara terakhir Venkatachalam Anbumozhi  mengungkapkan tren kerjasama ekonomi Jepang-ASEAN yakni: Semakin beragamnya konsumen dan kemajuan teknologi industri, Peningkatan risiko rantai pasokan, Munculnya cita-cita sosial baru seperti hak asasi manusia.

“Rekomendasi Kemitraan Ekonomi ASEAN-Jepang untuk Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan selanjutnya adalah mempromosikan perdagangan dan investasi, harus bertujuan untuk masa depan yang berkelanjutan, mendorong perekonomian digital dan inovatif, serta membangun tenaga kerja profesional untuk masa depan.” Pungkasnya. 

Komentar