Di Balik Kisah Dahsyatnya Daya Letusan Krakatau 26 Agustus 1883

Cuaca pagi itu sangat cerah. Dengan membayar dua puluh lima gulden kita berlayar melakukan suatu tour pariwisata bagi penduduk Batavia ke Pulau Krakatau. Pada waktu itu masih mungkin untuk mendarat ke pulau, bahkan mendaki kawahnya yang mengeluarkan uap putih.

Siang harinya kami berlabuh di Anyer, sebuah pelabuhan kecil di pantai Banten. Beberapa ratus orang pekerja kasar naik dari pelabuhan ini.

Kapal kemudian melanjutkan pelayaran ke arah Teluk Lampung, melewati Pulau Sangiang dan Tanjung Tua.

Di sebelah kiri kapal, kami melihat Pulau Rakata dari kejauhan, yang kami singgahi dua bulan yang lalu.

Pada pukul 7 petang kami berlabuh di Teluk Betung. Hari amat cepat menggelap, sedang laut agaknya makin berombak dan terjadi hujan abu.

Kapal Loudon memberi isyarat agar dikirimkan sekoci bagi penumpang yang akan mendarat ke darat. Tetapi tak ada jawaban apa-apa.

Lalu kapten memerintahkan agar diturunkan sekoci kapal, tetapi gelombang besar tak memungkinkan untuk mencapai darat, sehingga sekoci itu harus kembali lagi.

Lampu pelabuhan kemudian dinyalakan seperti biasa, tetapi tampaknya ada kejadian-kejadian luar biasa di Teluk Betung.

Sekali-sekali terlihat tanda bahaya dari kapal-kapal lain dan terdengar suara kentongan bertalu talu.

Penerangan kota dipadamkan. Sementara itu hujan abu berubah menjadi hujan batu apung yang deras. Menara suar patah seperti batang korek api.

Dengan rasa kurang enak kami melewatkan malam itu sambil berdoa.

Air laut makin liar dan ombak-ombak besar mendera lambung kapal tanpa hentinya.

Ketika fajar menyingsing kami melihat bahwa Teluk Betung menderita kerusakan cukup parah oleh gelombang pasang.

Kapal api pemerintah Barouw, terlepas dari jangkarnya dan dihempaskan ke darat. Gudang-gudang dan gedung-gedung pelabuhan lain rusak.

Tak tampak ada tanda-tanda kehidupan di kota kecil itu.

Pukul tujuh pagi kami tiba-tiba melihat dinding air melaju ke arah kapal kami.

Loudon sempat melakukan manoeuvre untuk menghindar, sehingga gelombang itu hanya mengenai sejajar dengan sisi kapal. Kapal itu menukik hebat, tetapi pada saat bersamaan gelombang itu telah lewat dan Loudon selamat.

Komentar