JurnalPatroliNews – Jakarta –Komposisi reshuffle Kabinet Indonesia Maju yang baru terjadi dianggap lebih kental unsur akomodasi politik ketimbang spirit perbaikan kerja. Padahal, ekspektasi publik terhadap reshuffle adalah agar kerja-kerja menteri tidak hanya dikerjakan oleh segelintir orang.
“Komposisi reshuffle ini saya kira memang lebih kental unsur akomodasi politiknya ketimbang spirit perbaikan kinerja,” ujar Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid kepada rekan media, Kamis (16/6).
Padahal, kata Abdul Hamid yang akrab disapa Cak Hamid, ekspektasi publik terhadap reshuffle ini sebenarnya sangat besar terkait perbaikan-perbaikan kinerja kabinet agar lebih akseleratif pasca berakhirnya pandemi.
“Tidak saja memberesi persoalan minyak goreng, tapi lebih pada soal bagaimana kabinet yang gemuk tapi hanya dikerjakan oleh segelintir orang, wabil khusus hanya dikerjakan oleh Luhut,” kata Cak Hamid.
Karena menurut Cak Hamid, selama ini publik dipertontonkan bahwa dengan semua persoalan diurus oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
“Jokowi ingin mengatakan bahwa beliau tidak percaya pada menteri-menteri tersebut? Pertanyaannya kemudian, mengapa para pembantu yang tidak bekerja dan tidak dipercaya itu dibiarkan saja bukan direshuffle?
“Saya sih agak pesimis reshuffle kali ini akan banyak membawa perubahan kinerja, termasuk misal bisa memberesi persoalan minyak goreng dalam waktu cepat,” pungkas Cak Hamid.
Komentar