Dunia Kian Ngeri, Lawatan Sri Mulyani Ke Paris Bawa Oleh-oleh Ini…!

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru saja menuntaskan lawatannya ke Paris, Prancis, minggu lalu. dalam rangka menghadiri Paris Summit 2023.

Sri Mulyani pun membagikan update perekonomian dunia saat ini. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global terancam akibat pelemahan permintaan global yang menekan laju inflasi. Dia melihat inflasi tinggi dan peningkatan suku bunga menjadi salah satu faktor erosi pertumbuhan ekonomi.

“Ini menggambarkan pergulatan kebijakan terutama di level makroekonomi dan moneter masih menjadi tema yang dominan,” tegas Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Kamis (29/6/2023).

Tekanan-tekanan terhadap perekonomian global masih menunjukkan adanya eskalasi geopolitik, baik di Ukraina dan negara-negara besar di dunia. Dia menambahkan tekanan juga berasal dari utang. Mantan pejabat Bank Dunia ini menuturkan bahwa debt distress terjadi di banyak negara, baik negara berkembang dan negara maju.

“Ini juga menghalangi pemulihan ekonomi,” ujar Sri Mulyani. Alhasil, tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia menjadi beragam.

Meskipun kondisi global masih mengerikan, Sri Mulyani memastikan Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persistensi tinggi.

“Kita lihat Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6% terakhir di negara lain mungkin bagus tapi merosot cukup tajam pada 2023 ini,” papar Sri Mulyani.

Alhasil, banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan dalam pelemahan dan gejolak ekonomi dunia. Saat ini, Purchasing Managers’ Index (PMI) global masih terkontraksi terutama dari sisi aktivitas.

Adapun, negara-negara seperti India, Filipina, Indonesia, Thailand, Meksiko, Jepang dan China, PMI-nya masih memperlihatkan ekspansi. Mayoritas sisanya, sektor manufakturnya masih mengalami kontraksi.

“Ini memang menggambarkan aktivtias dari PMI ini menggambarkan kondisi ekonomi keseluruhan dan pertumbuhan ekonomi global termasuk perdagangan global yang melemah,” ujarnya.

Sejalan dengan perkembangan ini, harga komoditas masih menunjukkan tren pelemahan seiring dengan sepinya permintaan.

Komentar