Jutaan Hektare Dibabat, AHY Kritik Pedas Proyek Food Estaste Jokowi, Begini Katanya

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) secara terbuka mengkritik program lumbung pangan atau food estate. Dia menyebut food estate sebagai program yang gagal.

Hal itu diungkap AHY dalam Fisipol Leadership Forum UGM, Kamis (20/7/2023). Saat menjawab pertanyaan terkait perubahan iklim.

Dalam forum itu, AHY menjabarkan pandangannya terkait perubahan iklim, termasuk pemanasan global. Dan komitmen Indonesia menuju net zero emission. 

“Indonesia sebagai negara G20, sebagai leader di Asean harus menjadi contoh dan memberi contoh. Mudah-mudahan kebijakan-kebijakan ke depan, Undang-undang (UU) ke depan termasuk jangan lagi elemen-elemen di Undang-undang Cipta Kerja, Undang-undang Minerba, yang ada sebagian dipertanyakan terkait kebijakan pro-lingkungannya,” kata AHY dikutip dari tayangan video di akun Youtube Fisipol UGM, Jumat (21/7/2023). 

“Termasuk tentunya food estate. Di mana ada jutaan hektare dibabat terus gagal,” tukasnya.
Padahal… lanjut AHY, Kalimantan adalah paru-paru dunia. 

“Padahal sudah habis nah ini mau gimana? Sedangkan Kalimantan adalah paru-paru dunia,” ujar AHY.

Seperti diketahui, food estate adalah salah satu dari 10 Program Strategis Nasional (PSN) tahun 2020-2024 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lewat Peraturan Presiden No 109/2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Saat ini, food estate tengah dikembangkan diantaranya di Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Tak Adil
Terkait perubahan iklim, AHY mengatakan, Indonesia memang harus jadi bagian dari gerakan perubahan iklim global, dengan target net zero emission pada tahun 2060 nanti. 

“Saya juga memang mengangkat isu ini agar negara-negara maju yang sudah kaya itu juga simpati membantu negara-negara berkembang,” katanya.

“Karena tidak adil kalau mereka hanya menuding kita-kita termasuk Indonesia untuk menghentikan perusakan lingkungan ketika mereka sudah melakukan perusakan lingkungan bumi ratusan tahun lamanya,” tukas AHY.

Untuk itu, kata dia, langkah-langkah dekarbonisasi harus digalakkan agar efektif. Terutama menyangkut transisi energi terbarukan yang lebih progresif. 

“Kita menghadapi climate crisis, global warming, climate change. Di mana kalau 1,5 derajat Celcius tidak bisa kita kendalikan, 8% lahan pertanian dunia, perkebunan menjadi tidak bisa digunakan. Kemiskinan dan kelaparan akan membludak di berbagai penjuru dunia. Kelangkaan air bersih juga demikian,” katanya. 

“Tapi kita juga tidak boleh mengatakan, demi pertumbuhan kita babat saja apa yang ada. Itu salah besar karena akan mencederai masa depan kita sendiri anak cucu kita sendiri,” pungkas AHY.

Komentar