No 1 Perubahan, Nomor 2 Keberlanjutan, dan No 3 Berubah-ubah Berkelanjutan

JurnalPatroliNews – Jakarta – Dalam dunia pemasaran, terdapat konsep penting yang dikenal sebagai “positioning.” Konsep ini menjadi warna unik yang membedakan suatu merek di tengah persaingan antar merek. Seperti halnya dalam dunia politik, positioning menjadi kunci diferensiasi, membedakan satu calon dari yang lain, agar mudah dipahami oleh publik.

Dalam kerangka pemasaran yang sederhana, terdapat tiga dimensi utama: strategi pemasaran, taktik pemasaran, dan nilai (value) pemasaran. Setiap dimensi ini dapat diuraikan menjadi tiga area yang lebih spesifik.

Dimensi strategi pemasaran mencakup segmentasi, targeting, dan positioning. Di dimensi taktik pemasaran terdapat diferensiasi, bauran pemasaran (marketing mix), dan penjualan. Sementara itu, pada dimensi nilai pemasaran, terdapat manajemen merek, pelayanan, dan manajemen proses.

Dengan menggunakan kerangka berpikir ini, kita dapat memahami persaingan politik saat ini. Pesan yang disampaikan harus sederhana namun memiliki daya beda yang mudah dicerna oleh masyarakat yang sedang memantau perkembangan politik.

Dalam konteks politik saat ini, pasangan calon nomor satu, Anies-Muhaimin, dengan jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai agen perubahan. Di sisi lain, pasangan calon nomor dua, Prabowo-Gibran, berkomitmen untuk melanjutkan strategi pembangunan yang diperkenalkan oleh Presiden Jokowi. Keduanya menawarkan pilihan yang jelas antara perubahan dan keberlanjutan.

Namun, pasangan calon nomor tiga, Ganjar-Mahfud, terlihat terjebak di tengah-tengah. Mereka harus memutuskan apakah akan melanjutkan kebijakan lama atau bersuara sebagai oposisi. Tantangan ini menciptakan ketidakjelasan dalam positioning mereka. Hasil survei menunjukkan penurunan elektabilitas mereka, yang menunjukkan bahwa kebingungan ini menciptakan dampak negatif.

Sekjen PDIP, Hasto Krisitiyanto, belakangan mengklaim bahwa Presiden Jokowi mendukung pasangan calon Ganjar-Mahfud. Klaim ini muncul setelah menyadari bahwa tingkat persetujuan yang tinggi terhadap Jokowi sebenarnya milik pribadi Jokowi, bukan partai PDIP. Keterlambatan menyadari realitas politik ini menunjukkan pentingnya memahami dengan baik ilmu pemasaran dalam dunia politik.

Kaesang Pangarep, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), juga mengomentari situasi ini dengan menyatakan kebingungannya terhadap positioning pasangan calon Ganjar-Mahfud.

Begini ujarnya, “Saya kira Pak Anies kemarin apa-apa setiap perkataan beliau ada yang kurang, nanti akan diubah, apa-apa akan diubah dan kalau Pak Prabowo sudah jelas akan melanjutkan. Memang kalau untuk Pak Ganjar, saya masih bingung dari positioning-nya seperti apa. Jadi, kalau ingin melanjutkan, pilih nomor dua. Kalau ingin perubahan, bisa pilih nomor satu.”

Jadi apa dong positioning paslon Ganjar-Mahfud? Apakah “berubah-ubah yang berkelanjutan”?

Sebagai calon pemimpin, penting untuk memiliki positioning yang konsisten dan mudah dimengerti oleh publik. Keterbukaan dan konsistensi dalam menyampaikan pesan menjadi kunci untuk mendapatkan dukungan masyarakat.

Komentar