Bapanas: Tidak Ada Hubungan Antara Bantuan Beras Jokowi dan Langkanya Beras Premium!

JurnalPatroliNews – Jakarta – Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), menegaskan bahwa bantuan beras 10 kilogram yang diberikan oleh pemerintah tidak berhubungan dengan kelangkaan beras premium 5 kg di tingkat ritel. Ia menyatakan bahwa kelangkaan beras disebabkan oleh lonjakan harga beli di tingkat produsen.

Bantuan pangan itu gak ada kaitannya sama harga, tapi ini Negara hadir,” ujar Arief usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Senin (12/2/24).

Arief juga menjelaskan bahwa bantuan pangan pemerintah dihentikan sementara selama 8 hingga 14 Februari untuk menghormati proses pemilu yang sedang berlangsung. Namun demikian, kelangkaan beras premium tidak terkait dengan hal ini.

“Jadi Bansos pangan itu nggak mempengaruhi itu,” ucap Arief.

Sebelumnya, beras premium 5 kg sulit ditemukan di ritel modern karena lonjakan harga beras di tingkat produsen.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan bahwa para pengecer enggan memasok dan menjual beras premium dengan harga rugi di ritel modern.

Dia mengatakan bahwa kenaikan harga beras premium cukup signifikan. Harga beras yang biasanya sekitar Rp13.150 per kg, kini melonjak menjadi Rp16.000-Rp17.000 per kg.

“Oh jauh sekali (peningkatan harganya), dari yang Rp13.150 (per kg), sekarang bisa jadi Rp16.000-Rp17.000 (per kg). Bahkan ada yang sudah jual Rp18.000 (per kg). Kalau 5 kg ya berarti tinggal dikalikan 5 saja,” kata Roy, Senin (12/2/24).

“Kita peritel kan nggak mungkin kalau beli mahal, dijual murah. Nggak bisa masuk barang kalau kita beli mahal jual rugi, jadi ada beberapa peritel yang memilih nggak usah ada barang sekalian. Sebagian besar peritel itu tidak mau membeli beras sekarang, karena harga mahal,” tambahnya.

Namun demikian, Roy menyatakan bahwa beberapa pengecer terpaksa memasok beras di ritel modern mereka karena desakan dari masyarakat akan kebutuhan beras.

“Tapi ada peritel yang memilih, ‘ya udah saya beli mahal, tapi saya jual mesti di atas HET’. Karena yang di pasar tradisional kan jualnya juga sudah di atas HET. Tapi ada Peritel ini yang didesak masyarakat, karena masyarakat perlu beli beras, ya mau nggak mau jadi nabrak,” ungkap Roy.

Roy juga menyebutkan bahwa kelangkaan beras di ritel saat ini juga disebabkan oleh ketidakmerataan pasokan beras dari Perum Bulog.

Aprindo berharap agar pemerintah merelaksasi HET sementara waktu hingga kondisi harga menjadi lebih stabil. Mereka juga berharap agar Bulog dapat menjamin distribusi beras SPHP dan beras premiumnya ke ritel modern agar lebih merata.

Komentar