Bongkar Alasan Tergiur Beli, Pembeli Meikarta Nyesal: Refund Harga Mati!

JurnalPatroliNews – Masih belum juga mendapatkan kepastian dari unit yang dibelinya, para konsumen megaproyek Meikarta masih terus melancarkan aksi protesnya.

Tak ingin janji manis lainnya, para konsumen hanya menuntut uangnya dikembalikan. “Refund harga mati,” tulis para konsumen Meikarta saat melancarkan aksi protes di Bank Nobu Plaza Semanggi, Senin (19/12/2022) yang lalu.

Dari berbagai cerita yang dihimpun rekan media, pembeli Meikarta masih menjalankan kewajiban pembayaran cicilan untuk unit yang mereka beli.

Namun, karena tak kunjung mendapatkan unitnya, dari seharusnya tahun 2019-2020, pembeli mengaku mulai terbebani dan keberatan.

Sebab, selain untuk hunian, apartemen yang dibeli seyogianya hendak dijadikan sebagai alat investasi. Sebelumnya, ada pembeli yang mengaku harus mengorbankan uang les anak untuk membayar cicilan, ada yang terpaksa harus terus membayar karena takut BI Checking, namun ada juga yang mulai ngos-ngosan.

Seperti Junita Pardede. Dia mengaku, membeli satu unit apartemen tipe 1BR dengan luas 35 m2, yang berada di distrik 3.

Ironisnya, Junita sebelumnya adalah juga bagian dari tim pemasaran Meikarta. Dia mengaku tergiur dengan iklan Meikarta. “Awalnya, karena saya marketingnya pada masa itu. Otomatis saya tahu dong harga kisaran apartment di Jakarta, waktu itu harga Meikarta murah banget yah. Sama iklan dia yang bombastis terus desainnya dia, dan konsepnya dia, semua orang terpukau dong.

Ditambah harganya yang murah banget,” kata Junita kepada rekan media, dikutip Sabtu (24/12/2022).
“Waktu itu di tahun 2017, saya tahu kisaran apartemen sekitaran Bekasi dan sekitarnya itu Rp 17 juta per meter. Waktu itu saya beli Meikarta dengan luasan 35 m2 itu nggak nyampe Rp 300 juta, hanya di Rp 260 jutaan. Jadi kisarannya per meter Rp 7 juta, kan murah banget. Saya pikir bedanya ini Rp 10 juta. Nah itu alasan awal saya, mengapa saya tertarik beli unit di Meikarta,” jelasnya.

Dia pun mengaku sempat tetap optimis dengan megaproyek Meikarta, meski sudah banyak orang yang menyarankan berhenti melanjutkan pembayaran cicilan.

Sebab, seperti diketahui, sejak awal promosi medio 2016, proyek ini kerap mendapat sentimen negatif, mulai dari kasus suap, hingga digugat vendor. “Kalau mengenai perizinan intinya semua kan mereka sambil berjalan, makanya aku masih positif, apalagi dia developer besar. Mengenai perizinan saya (juga sempat bertanya) kepada leader saya, mereka jawabnya ‘sudah’ dan ‘izinnya ada’. Karena saya lama di properti jadi saya paham untuk perizinan memang sambil berjalan pembangunan,” tuturnya.

“Nah sebelumnya, walaupun waktu itu sudah banyak yang bilang ke saya ‘udah nggak usah lanjut’, tapi saya masih berpikir positif terus sama Meikarta, dan saya juga mikir, saya sudah masuk duit banyak juga,” tambah Junita.

Komentar