Pertamina Berikan Penjelasan Terkait Kenaikan Harga Avtur

JurnalPatroliNews – Jakarta – PT Pertamina (Persero), memberikan tanggapan Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) yang membahas kenaikan harga tiket pesawat yang disebabkan oleh biaya Avtur atau Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut Pertamina, harga avtur dipengaruhi oleh beragam faktor termasuk aspek geografis, bukan semata harga minyak mentah saja.

“Harga jual avtur tidak hanya ditentukan dari harga minyak mentahnya saja, namun juga dari kompleksitas penyaluran,” ucap Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, Kamis (8/2/24)

Sebagai Negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan tersendiri dalam penyaluran Avtur. “Security of supply menjadi hal yang perlu dipastikan, mengingat penyaluran avtur ke seluruh bandara hingga ke bandara perintis merupakan tantangan tersendiri,” tambahnya.

Meskipun demikian, Pertamina Patra Niaga tetap mematuhi regulasi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait Formula Harga Dasar untuk Avtur.

“Tidak hanya itu, Pertamina Patra Niaga juga menjaga nilai kompetitif dengan tingkat harga publikasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi fuel provider di lokasi Singapura,” kata Irto.

“Prinsipnya kami menghargai hasil evaluasi dari KPPU,” tegas Irto.

Di sisi lain, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria, berpendapat bahwa tuduhan terhadap Avtur sebagai penyebab kenaikan harga tiket tidak tepat. Menurutnya, harga Avtur di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan Singapura.

“Harga avtur di Indonesia itu masih lebih murah dibandingkan dengan singapura misalnya, jadi kalau dibilang harga avtur menyebabkan harga tiket penerbangan mahal itu salah besar,” beber Sofyano, dikutip Jumat (9/2/24).

Sofyano juga menyatakan bahwa kondisi geografis Indonesia yang kompleks mempengaruhi biaya logistik, termasuk dalam penyaluran Avtur.

“Dengan mengingat luas wilayah kita dengan problem transportasi yang sedemikian rupa, harga avtur yang ada di kita punya masih standar, dibilang mahal sekali enggak, dibilang murah sekali tidak. Banyak negara lain yang kondisinya hampir sama dengan kita harganya lebih tinggi dari kita,” paparnya.

Dia juga membahas masalah monopoli dalam bisnis Avtur yang membuat harga menjadi mahal. Menurutnya, tidak ada perusahaan swasta yang bersedia memasok Avtur ke bandara-bandara di wilayah terpencil.

“Itu lagi terkait, pertamina akan dilaporkan ke KPPU katanya harganya monopoli. Dituduh monopoli penyebab harga avtur mahal. Sekarang memangnya ada swasta yang mau jualan avtur di Papua, memangnya ada yang mau jual di Kalimantan, atau wilayah terpencil lain,” pungkasnya.

Komentar