Rupiah Terkoreksi Mendekati Rp 15.500/US$, Sinyal Buat Warga RI

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Kurs rupiah terkoreksi dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (17/10/2022). Padahal, indeks dolar AS sedang melemah di pasar spot. Apa penyebabnya?

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah melemah 0,26% pada pembukaan perdagangan ke Rp 14.465/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan koreksinya 0,3% ke Rp 15.472/US$ pada pukul 11:00 WIB. Kian mendekati level Rp 15.500/US$.

Di sepanjang tahun ini, indeks dolar AS telah melesat 17,82% terhadap enam mata uang dunia lainnya. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS melemah 0,26% ke posisi 113. Namun, posisi tersebut berada dekat dengan rekor tertingginya selama dua dekade di 114,7.

Pergerakan dolar AS yang stabil berada dekat dengan rekor tertingginya, ditopang oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi resesi global karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksikan akan kembali hawkish untuk menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan selanjutnya untuk meredam inflasi.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 97,2% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Potensi resesi global turut meningkatkan permintaan akan dolar AS yang termasuk mata uang safe haven, sehingga membebani pasar keuangan Tanah Air.

Di sepanjang bulan September 2022, rupiah telah terkoreksi 2,5% terhadap dolar AS dan menjadi pelemahan terbesar tahun ini. Namun, analis menilai bahwa Indonesia masih unggul jika dibandingkan dengan negara lainnya karena kebijakan moneter Indonesia yang relatif solid dan tentunya komoditas masih dapat menopang ekonomi.

“Anda masih memiliki bank sentral, setidaknya sekarang, lebih proaktif, dan memiliki banyak kredibilitas, dan Anda masih memiliki penarik dari komoditas,” kata Manajer Portofolio Senior di Federated Hermes Ihab Salib dikutip Reuters.

“Saya pikir semua itu bersama-sama, bagi saya, menunjukkan Indonesia mungkin mengungguli secara relatif,” tambahnya

Pekan ini, akan menjadi pekan yang penting untuk pasar keuangan Tanah Air. Pasalnya, pada Kamis (20/10), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter terbarunya.

Konsensus analis Trading Economics memproyeksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps dan akan membawa tingkat suku bunga BI ke 4,5% dari sebelumnya di 4,25%.

Di Asia, mayoritas mata uang juga tertekan, di mana ringgit Malaysia menjadi mata uang yang melemah paling tajam sebanyak 0,32% terhadap dolar AS. Disusul oleh Mata Uang Garuda yang terkoreksi 0,3% di hadapan si greenback.

Sementara, hanya dua mata uang di Asia yang berhasil menguat. Baht Thailand dan yen Jepang terapresiasi masing-masing sebesar 0,29% dan 0,06% di hadapan dolar AS.

Komentar