Kala China Puji RI Karena RI Tolak Jet Mata-mata AS Mampir

JurnalPatroliNews – Jakarta, Indonesia dikabarkan menolak masuknya pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) P-8 Poseidon. Atas penolakan RI tersebut, China memuji langkah yang diambil Indonesia tersebut.

Diketahui, pesawat P-8 Poseidon milik AS tersebut, meminta permintaan khusus kepada Indonesia agar pesawat Boeing canggih itu bisa mendarat dan mengisi bahan bakar di wilaya Indonesia, namun ditolak oleh otoritas Indonesia.

P-8 sendiri adalah jet yang penting dalam mengawasi aktivitas China di Laut China Selatan (LCS). AS kini tengah terlibat ketegangan dengan China yang mengklaim 80% kawasan perairan LCS dengan konsep sembilan garis putus-putus (nine-dash line).

Boeing P-8 Poseidon (sebelumnya bernama Multimission Maritime Aircraft) merupakan pesawat militer yang dikembangkan dan diproduksi oleh Boeing Defense, Space & Security, dimodifikasi dari 737-800ERX. Ini dikembangkan untuk Angkatan Laut Amerika Serikat (USN).

P-8 beroperasi dalam perang anti-kapal selam (anti-submarine warfare/ASW), perang anti-permukaan (anti-surface warfare/ASUW), dan berperan sebagai larangan pengiriman.

Pesawat ini dipersenjatai dengan torpedo, rudal anti-kapal Harpoon, dan senjata lainnya, dapat menjatuhkan dan memantau sonobuoy, serta dapat beroperasi bersama dengan aset lain, termasuk Northrop Grumman MQ-4C Triton pengawas maritim kendaraan udara tak berawak (UAV).

Menurut laporan Reuters, permintaan AS itu sebenarnya mengejutkan pemerintah Indonesia. Karena kebijakan luar negeri bebas aktif, Indonesia tidak mengizinkan militer asing beroperasi.

Media China bahkan menyoroti pemberitaan soal penolakan Indonesia akan masuknya pesawat mata-mata tersebut. Sikap Indonesia belakangan juga dipuji media yang terafiliasi dengan Partai Komunis China, Global Times.

“Mereka tidak ingin kawasan itu menjadi tempat permainan militer negara-negara besar,” tulis media tersebut dengan memuat artikel seorang pengamat di Beijing Xu Liping, dikutip Jumat (23/10/2020).

“Juga tidak ingin AS mengganggu situasi regional. Ini adalah sikap yang benar dari kekuatan regional yang sebenarnya,” kata Xu Liping melanjutkan.

Ia mengatakan persaingan antara AS-China telah mengikat negara-negara kawasan untuk ‘bersekongkol’ melawan Beijing. Di mana sebagian disebut harus terpaksa berpihak.

Tetapi sebagian besar negara ini, terutama anggota ASEAN termasuk Indonesia, sangat mementingkan keseimbangan hubungan nasional dengan negara-negara besar.

“Keberpihakan tidak sejalan dengan kepentingan mereka … Indonesia menegaskan tidak akan berpihak pada urusan Laut China Selatan,” tulisnya lagi.

China merupakan investor terbesar RI setelah Singapura. Investasi China di Indonesia meningkat 9 persen pada semester I 2020 yakni menjadi US$2,4 miliar dari US$2,2 miliar pada semester I 2019.

Sayangnya baik Kementerian Pertahanan RI maupun Kementerian luar negeri enggan menanggapi persoalan ini. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan mengunjungi Indonesia, pekan depan. Ini merupakan perjalanan pertamanya ke RI sejak pemberitaan soal penolakan pesawat mata-mata Boeing itu.

Hal tersebut diungkapkan Pompeo dalam sebuah pernyataan ke wartawan, Rabu (21/10/2020) waktu setempat. Lawatan akan membahas banyak hal termasuk soal kebebasan navigasi di Indo-Pasifik dan Laut China Selatan.

“Penting bagi saya memastikan kedaulatan mereka dilindungi dari upaya berkelanjutan, hak-hak dasar mereka, hak maritim, hak bisnis … yang terus menerus diancam Partai Komunis China,” katanya sebagaimana dimuat dalam Twitter Departemen of State @StateDept.

Hal ini dibenarkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam media briefing yang berlangsung virtual kemarin. Selain kunjungan bilateral, ia juga disebut akan mengunjungi GP Ansor.

(cnbc)

Komentar