Kasus Covid-19 di Riau Melesat 2 Pekan Setelah Lebaran, Why?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau melaporkan kasus konfirmasi positif Covid-19 terus mengalami peningkatan. Demikian disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau dr. Indra Yogi dalam konferensi video, Selasa (23/6/2020).

“Jumlah kasus positif di Riau mengalami peningkatan terutama setelah 2 minggu Hari Raya Idul Fitri, di mana kasus per hari mencapai 8 orang per hari,” kata Indra.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau hingga Selasa (23/6/2020), kasus konfirmasi positif di Riau sebanyak 166. Dari jumlah itu, sebanyak 117 sembuh dan 8 meninggal.

Sebagai tindak lanjut, Indra mengatakan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau langsung mengambil langkah cepat dengan melakukan beberapa hal. Salah satunya melalui peningkatan jumlah sampel swab test yang diperiksa dari yang awalnya 580 sampel per hari menjadi 700 sampel.

“Harapannya dengan tambahnya jumlah kasus positif tracing kuat, kami bukan lagi melakukan rapid test, tapi PCR. Artinya ada satu orang pegawai di salah satu kecamatan yang positif hari ini kantor camat kami tutup, semua petugas melakukan swab,” ujar Indra.

Adapun, penyebab dari lonjakan kasus positif ini sebagian besar berasal dari imported case. Ini terjadi karena pemerintah pusat sudah memperbolehkan orang-orang bepergian dan hanya mengandalkan rapid test.

“Ini kelemahan rapid test, hasil negatif saat PCR ternyata positif,” katanya.

Salah satu wilayah yang mendapat pengawasan adalah Rokan Hilir, di mana posko perbatasan diperketat. Rokan hilir yang berbatasan dengan Sumatra Utara memang masuk dalam zona hijau dan tidak ada kebijakan PSBB.

“Meski masuk zona hijau, semua mobil keluar masuk harus ada surat hasil tes, kalau tidak maka harus putar balik,” ujar Indra.

Idra menambahkan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau sudah memiliki strategi ke depan dengan meningkatkan pengawasan dan merawat orang-orang yang tak bergejala di rumah sakit.

“Riau tak mengenal OTG. Semua dianggap ODP sehingga terdeteksi dengan baik. Meski tak bergejala dan dirawat di rumah sakit rujukan, namun jumlah tempat tidur yang disiapkan tak pernah melebihi 25% dari kapasitas,” kata Indra.

“Jumlah isolasi ada 640 tempat tidur. Belum pernah terisi lebih 25%. Pasien gejala ringan tetap di RS. Karena banyak yang tak taat aturan, harus isolasi 14 hari tapi keluar rumah. Sehingga semua pasien dirawat sampai 2x negatif PCR ditambah isolasi 7 hari di rumah,” lanjutnya.

(CBNC)

Komentar