JurnalPatroliNews – Jayapura, Keuskupan Timika meminta segera dibentuk tim independen untuk menyelidiki kasus penembakan dua petugas pastoral atau pewarta di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Kehadiran tim independen dinilai sangat diperlukan untuk mengungkap secara terang-benderang kasus-kasus penembakan yang marak terjadi akhir-akhir ini.
“Kami akan minta penyelidikan independen atas dua kejadian ini. Kami juga minta pelakunya harus dihukum,” kata Administratur Keuskupan Timika Pastor Marthinus Kuayo Pr dihubungi dari Timika, Rabu (28/10/2020) seperti dilansir Antara.
Pastor Marthinus yang merangkap tugas sebagai Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Timika itu kembali menegaskan bahwa almarhum Rufinus Tigau yang tertembak hingga tewas oleh aparat pada Senin (26/10) merupakan seorang petugas pastoral atau pewarta di Stasi Jalae, Paroki Santo Mikhael Bilogai, Sugapa.
“Sejak 2015, dia bertugas sebagai katekis dan dilantik oleh Pastor Paroki Bilogai Pastor Yustinus Rahangiar Pr untuk menggantikan Frans Wandagau yang meninggal dunia,” ujarnya.
Maraknya insiden penembakan terhadap petugas gereja di Intan Jaya akhir-akhir ini, katanya, membuat para petugas gereja maupun masyarakat setempat hidup dalam kondisi ketakutan dan merasa terancam keselamatan jiwa mereka.
“Kalau petugas gereja saja sudah diperlakukan seperti ini, apalagi masyarakat biasa. Semua orang di Intan Jaya sekarang ini merasa tidak aman dan terancam. Pertanyaan kami, apakah kondisi ini sengaja diciptakan atau terjadi kebetulan,” kata Pastor Marthinus yang disebut-sebut sebagai kandidat terkuat menjadi Uskup Timika menggantikan almarhum Mgr John Philip Saklil Pr yang meninggal pada Agustus 2019.
Soal tudingan dari pihak aparat keamanan bahwa Rufinus terlibat dalam kegiatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), Pastor Marthinus menilai hal itu merupakan klaim sepihak dari aparat keamanan.
“Itu cap yang biasa digunakan oleh aparat untuk menyebut semua orang Papua TPN-OPM kalau sudah mati tertembak. Itu cara-cara klasik untuk membenarkan tindakannya,” ujarnya.
Gereja Katolik Keuskupan Timika meminta semua pihak menghentikan tindakan kekerasan di Intan Jaya, agar tidak semakin banyak nyawa melayang sia-sia.
“Kalau aksi tembak-menembak antara aparat keamanan dengan pihak TPN-OPM masih terus terjadi, maka sudah pasti akan terus jatuh korban jiwa. Bisa jadi imam atau pastor kami yang bertugas di sana juga menjadi korban, lalu dicap sebagai TPN-OPM. Kami dari pihak gereja tidak bisa menerima dan menyetujui tindakan-tindakan seperti itu,” katanya pula.
(dtk)
Komentar