Squid Game: Enam Hal yang Diungkap Serial Netflix Tentang Permasalahan Nyata di Korea Selatan

Nasib pembelot Korea Utara

Squid Game juga membahas isu pembelot Korea Utara. Dalam serial tersebut, kontestan Sae-byok (diperankan oleh model Jung Ho-yeon) bergabung dengan rombongan dengan harapan memenangkan hadiah uang untuk menyatukan kembali keluarganya, yang terpisah saat melarikan diri dari rezim represif di negara tetangga.

Sebelum pandemi, lebih dari seribu warga Korea Utara mencari suaka di Korea Selatan setiap tahun. Meskipun Seoul sudah menyediakan sejumlah skema pemukiman kembali dan beberapa manfaat, para pembelot dapat mengalami penganiayaan, diskriminasi, dan dicurigai oleh rekan-rekan mereka.

Squid Game menunjukkan beberapa aspek tersebut, yang mencakup detil yang akan dilewatkan oleh pemirsa yang bukan penutur bahasa Korea: seperti banyak pembelot lainnya dalam kehidupan nyata, Sae-byok menyembunyikan aksen aslinya dan berbicara dalam dialek standar Seoul.

Ia baru kembali ke aksen aslinya dalam sebuah adegan ketika ia berbicara dengan adik laki-lakinya, yang berada di panti asuhan.

Kemiskinan

Siapa pun akan dimaafkan bila mengangkat alis ketika diminta untuk membahas kemiskinan di Korea Selatan. Bagaimanapun, negara Asia itu menempati peringkat ke-23 dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB, di atas beberapa negara Eropa seperti Prancis, Italia dan Spanyol.

Tetapi tokoh utama Squid Game, Gi-hun, telah dipecat oleh perusahaan fiktif bernama Dragon Motors, memiliki dua usaha yang gagal, tinggal bersama ibunya yang sakit, dan tidak mampu membelikan putrinya hadiah ulang tahun yang layak.

Karakternya adalah contoh dari sosok “pekerja gagal” yang tidak bisa mengangkat dirinya keluar dari kemiskinan.

Dalam Indeks Gini, yang mengukur distribusi kekayaan di suatu negara, Korea Selatan mendapat hasil yang lebih baik daripada beberapa negara Nordik dan bahkan AS. Jadi mengapa kemiskinan menjadi tema serial ini?

Barangkali karena ketimpangan sedang meningkat di negara Asia itu. Sekitar 20% orang dengan pendapatan terbesar di Korea Selatan memiliki kekayaan bersih 166 kali lebih besar dari 20% orang dengan pendapatan terendah.

Data-data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa hampir 17% dari lebih dari 51 juta orang di Korea Selatan hidup dalam kemiskinan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Banyak dari mereka tinggal di bilik perumahan sempit yang disebut Goshitels dan Goshiwon, beberapa lebarnya tidak sampai 2 meter. Beberapa generasi dari satu keluarga dapat tinggal berjejalan di satu apartemen.

Namun bahkan orang-orang yang lebih berada pun sedang kesusahan: utang rumah tangga di Korea Selatan sekarang bernilai lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu – tingkat tertinggi di seluruh Asia.

Eksploitasi migran

Salah satu karakter Squid Game yang paling menawan adalah Ali, seorang migran dari Pakistan yang bekerja sebagai buruh pabrik dan ikut bermain setelah bosnya di Korea Selatan tidak membayar upahnya selama berbulan-bulan, memaksanya untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi.

Orang Pakistan bukanlah salah satu populasi imigran terbesar di Korea Selatan, tetapi latar belakang Ali menyoroti rutinitas kerja keras dan eksploitasi yang dialami beberapa pekerja asing di negara itu.

Meskipun pihak berwenang Korsel telah mengeluarkan undang-undang perlindungan tenaga kerja dalam dua dekade terakhir, banyak pekerja migran yang masih mengalami kondisi memprihatinkan, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Komentar