Tragis! Setelah PM Rajapaksa Mundur di Tengah Krisis, Sri Lanka Bergejolak, Nasib WNI Kesulitan Sembako

JurnalPatrolinews – Kerumunan massa antipemerintah membakar beberapa rumah milik keluarga Rajapaksa, beberapa menteri, dan anggota parlemen setelah Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri darijabatan perdana menteri Sri Lanka.

Pengunduran diri Mahinda Rajapaksa gagal meredakan amarah para demonstran yang menuduh pemerintah tidak becus mengurus perekonomian. Mereka juga menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang tak lain adalah adik Mahinda, turut lengser.

Aksi tersebut memicu bentrok dengan kubu pendukung pemerintah di luar kediaman Mahinda Rajapaksa. Kepolisian dan pasukan antihuru-hara kemudian dikerahkan. Aparat melepaskan gas air mata dan menembakkan meriam air.

Kericuhan semakin bereskalasi dan para demonstran membakar rumah keluarga Rajapaksa, beberapa menteri, dan anggota parlemen. Salah satu rumah yang dibakar adalah kediaman yang dijadikan museum oleh keluarga Rajapaksa di Desa Hambantota, bagian selatan Sri Lanka.

Tayangan yang dibagikan di media sosial memperlihatkan sejumlah rumah dilalap api dan disambut gegap gempita.
Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, telah mengundurkan diri di tengah gelombang demonstrasi massal yang memprotes cara pemerintah menangani krisis ekonomi.

Pria berusia 76 tahun itu mengirimkan surat pengunduran diri kepada adiknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Dalam surat tersebut, dia menulis mengenai harapan dirinya untuk mengatasi krisis ekonomi namun kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya tampaknya tidak memuaskan kubu oposisi kecuali kalau dia mundur.

Pengunduran diri, menurut Rajapaksa, diniatkan untuk mendorong terbentuknya “pemerintahan yang terdiri dari semua partai demi menuntun negara ini keluar dari krisis ekonomi”.

Beberapa kendaraan dibakar di rumah kediaman resmi Mahinda Rajapaksa di Kota Kolombo.
Sejak gelombang demonstrasi muncul pada awal April, para pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor perdana menteri guna menuntut Rajapaksa lengser.

Demonstrasi ini memicu bentrokan berdarah antara kubu antipemerintah dan pendukung Rajapaksa di Ibu Kota Kolombo. Sedikitnya 78 orang cedera akibat bentrokan tersebut, menurut pihak rumah sakit.

Sri Lanka mengalami krisis ekonomi terburuk sejak meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Pemerintah bahkan meminta warganya yang berada di luar negeri untuk mengirimkan uang ke dalam negeri demi memenuhi kebutuhan bahan pangan dan bahan bakar, setelah negara itu gagal membayar utang luar negeri senilai $51 miliar (Rp732 triliun).

Mahinda Rajapaksa menjabat presiden selama dua periode, kemudian menjabat sebagai perdana menteri di bawah adiknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Cadangan devisa Sri Lanka telah habis dan tidak lagi bisa menopang kebutuhan rakyat, seperti makanan pokok, obat-obatan, dan bahan bakar.


Para dokter di Sri Lanka mengatakan sudah banyak rumah sakit kehabisan obat-obatan dan persediaan penting karena krisis ekonomi negara itu memburuk.

Komentar