Korpri Bahas Strategi Turunkan Angka Stunting dan Ajak Seluruh ASN Bergerak Serentak

Dirjen Endang lebih lanjut menjelaskan, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu, yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.

Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. “Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan,” tutur Endang.

Endang menyebutkan sejumlah peran yang bisa dilakukan ASN untuk pencegahan stunting. “Pastikan bila ada sasaran keluarga sendiri atau di lingkungan sekitar agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya minimal 6 kali dan minum 1 tablet tambah darah (TTD) setiap hari selama kehamilan,” kata Endang.

Senada dengan imbauan Ketum Korpri Zudan Arif Fakrulloh, Dirjen Endang juga mendorong para ASN ikut memperhatikan balita di lingkungannya agar terus dipantau pertumbuhannya di Posyandu.

“Untuk rekan kerja dan keluarga agar diminta memberikan ASI eksklusif pada bayi usia kurang enam bulan. Untuk bayi di bawah dua tahun agar dipastikan mendapatkan makanan pengganti ASI bergizi seimbang dan kaya protein hewani.”

Pastikan pula, balita mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Untuk remaja putri agar mendapat TTD untuk diminum 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. “Kegiatan ini bisa dilakukan bersama di sekolah atau dibawa ke rumah saat libur sekolah.”

Sementara itu, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN, Irma Ardiana mengungkapkan strategi percepatan penurunan stunting melalui pendekatan multi pihak. Yakni keterpaduan penanganan antarkementerian/lembaga dan pemerintah daerah hingga pemerintah desa; partisipasi aktif swasta dengan pendekatan CSR kepada kelompok sasaran; partisipasi perguruan tinggi melalui tridarma; partisipasi masyarakat sipil LSM, NGO, perseorangan dan mitra pembangunan; serta partisipasi media dalam percepatan penurunan stunting.

Komentar