Dolar Australia Masih Terus Merosot, Di Saat Suku Bunga Naik Tinggi

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Nilai tukar dolar Australia kemarin jeblok melawan rupiah hingga ke bawah Rp 10.000/AU$, sebelum berhasil bangkit. Pada perdagangan Kamis (8/9/2022), mata uang Negeri Kanguru ini kembali turun dan berada di dekat psikologis tersebut.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:54 WIB, dolar Australia berada di kisaran Rp 10,025/AU$, merosot 0,7% di pasar spot.

Dolar Australia masih terus merosot melawan rupiah meski bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terus menaikkan suku bunga.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sesuai prediksi mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 2,35% pada Selasa (6/9/2022).

Pasar sudah memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga menjadi 2,35%, tertinggi sejak Desember 2014, guna meredam inflasi.

Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan ke depannya suku bunga akan terus dinaikkan.

“Anggota dewan gubernur memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan suku bunga akan kembali dinaikkan. Besar dan waktu kenaikan akan tergantung dari rilis data ekonomi, dan penilaian anggota dewan terhadap outlook inflasi dan pasar tenaga kerja,” kata Lowe.

Meski masih agresif, tetapi kenaikan suku bunga nyatanya tidak mampu mendongkrak nilai tukar dolar Australia.

Artinya, pasar melihat ke depannya perekonomian Australia bisa mendapat masalah, terutama inflasi yang tinggi dan bisa membawanya ke jurang resesi.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada kuartal II-2022 sebesar 6,1% yang merupakan level tertinggi dalam 21 tahun terakhir.

Inflasi diperkirakan masih akan terus menanjak dan mencapai puncaknya sebesar 7,75% pada kuartal IV-2022.

Komentar