Mahasiswa Visioner Menjadi Kunci Keberhasilan Indonesia di Masa Depan

SDM Indonesia menurut data terakhir 2019, berada pada posisi competitivenes di urutan 50, dibawah Malaysia dan hanya sedikit diatas Vietnam.

“Menurut hasil penelitian suatu perkerjaan yang sama yang dilakukan SDM Indonesia membutuhkan waktu selama 8 jam, hal ini bisa dilakukan oleh SDM dari Singapura selamat 4jam, sedangkan SDM dari China hanya butuh 1 jam. Kita ketinggalan jauh” ungkapnya.

Catharina menyatatakan bahwa jika dilihat kelemahan umum yang menjadikan rendahnya SDM Indonesia adalah ketidakmampuan untuk mengenali potensi diri dan rendahnya kemampuan membuat strategi dalam mengembangan diri.

“Strategi menumbuhkan potensi adalah dengan melihat potensi diri kita, buat dan laksanakan action plan. Hindari membuat orang lain nampak kecil, jangan melanggar hak orang lain, hindari meninggikan diri sendiri dan berfikirlah kreatif.” Katanya.

Pembicara lainnya, Prof. Dr. Ir. H. M. Budi Djatmiko, M.Si. Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) menyinggung tantangan Era 4.0 dan 5.0.

“Kemajuan teknologi mengharuskan mahasiswa memiliki competitiveness yang tinggi. Internet of Things harus menjadi bagian kehidupan mahasiswa sekarang. Mahasiswa harus memahami penetrasi internet dalam kehidupan sehari-hari.” Katanya.  

Karakter yang diperlukan mahasiswa saat ini yakni harus menjadi digital leaders yang visioner, mereka yang memahami disruption era.

“Apa yang kita butuhkan adalah Competitive – Adaptive Human Capital, Pemimpin Visioner  yang memahami digital leader. “

Budi juga menyampaikan bahwa untuk mencapai visi, mahasiswa atau lulusan harus dapat menjadi penggerak utama kemampuan pertumbuhan ekonomi indonesia yang inklusif di abad ke-21.

“Karakter yang harus dimiliki mahasiswa kita harus berubah, karena zaman sudah berubah. Diperlukan kecerdasan holistik untuk menghadapi era perubahan yang fundamental.” pungkasnya.

Komentar