Disertasi Justiani: Semua Capres Jangan Asal Nyapres Tanpa Konsep, Negara Bisa Amburadul Nantinya!

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Masyarakat Indonesia, pada hakekatnya Pluralistik dalam hal Agama dan Kepercayaan, juga Multikultural dalam hal suku Bangsa. Dalam hal ini, para Founding Fathers bersepakat untuk mempersatukan keragaman, yakni melalui Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa.

Ir Justiani Liem, M.Sc, menyebut, Negara berkomitmen pada Toleransi, Pluralism, transformasi Demokrasi, dan promosi Hak Asasi Manusia (HAM). Sayangnya, Negara dihadapkan pada Sentralisasi kekuasaan dan kekayaan di tangan Oligarki, yang menjadi penyebab terjadinya State Terrorism dan Capital Violence.

Menurutnya, realita yang dihadapi adalah toleransi selalu ada, namun ketika disulut oleh perbedaan Politik dan kepentingan, maka akibatnya adalah konflik Sosial. Agama, justru malah menimbulkan masalah.

Peraih gelar Doktor di Institut Agama Kristen Negeri (IAKAN) Kupang ini, memaparkan, dalam komunikasi disebut terjadi Polarisasi semantik dalam nalar Teologi. Itulah kondisi internal di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sementara itu, lanjutnya, dari sisi eksternal, pemikiran global sedang terjadi arus balik, karena Disintegrasi Filsafat, Sains Teknologi, dan Teologi, yang selama sekian abad berjalan sendiri-sendiri dan sering bertabrakan, sehingga dianggap perlu untuk diintegrasikan kembali, agar terjadi Koherensi makna Universal.

Istri Pensiunan Jenderal itu membeberkan, Globalisasi didorong pesatnya teknologi, melahirkan berhala-berhala baru, Tuhan-Tuhan baru, yang menguasai kehidupan manusia, atau terjadi Polarisasi semantik pada nalar Teknologi.

Bahkan, temuan spektakuler perkawinan Neurosains dan kecerdasan buatan, menjelaskan banyak fenomena yang dianggap “Mistik/magis” atau menurut agama “keajaiban (miracles)”, terbukti secara rasional dan ilmiah.

Komentar