Wah! Ada Prediksi Harga Minyak Bakal Tembus US$100/Barel

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Goldman Sachs memprediksi permintaan minyak akan mencetak rekor tertinggi baru dalam dua tahun ke depan, yaitu pada 2022 dan 2023. Goldman mengatakan minyak bisa mencapai US$100.

Damien Courvalin, Kepala Penelitian Energi Bank Investasi, juga mengatakan pada bahwa harga minyak mencapai US$ 100 per barel adalah sebuah kemungkinan. Pasalnya, permintaan minyak sudah mencapai rekor tertinggi sebelum varian omicron dan lebih jauh lagi, permintaan untuk perjalanan udara akan terus pulih.

“Kami sudah memiliki rekor permintaan tinggi sebelum varian terbaru ini, dan Anda menambahkan permintaan jet yang lebih tinggi dan ekonomi global masih tumbuh,” kata Courvalin dikutip dari CNBC, Sabtu (18/12/2021).

Melihat hal tersebut, Courvalin memprediksi rekor permintaan baru pada tahun 2022, dan sekali lagi, pada tahun 2023. Patokan internasional, harga minyak mentah Brent dan minyak mentah AS telah melonjak di atas US$ 80 dalam beberapa bulan terakhir karena permintaan pascapandemi melebihi pasokan. Lonjakan harga gas alam juga telah menyebabkan krisis di seluruh dunia, terutama di Eropa.

Varian omicron telah meredam sentimen, bagaimanapun, mendorong harga kembali ke sedikit di atas US$ 70 dalam beberapa pekan terakhir. Sementara itu, Courvalin mengharapkan pembatasan yang mengganggu perjalanan udara dilonggarkan.

Perjalanan udara lambat untuk pulih, sebagian besar terjadi karena Asia.

“Sampai baru-baru ini, negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura, sangat agresif membatasi transfer internasional. Itu meringankan,” katanya.

Namun menurutnya, kita harus menunggu gelombang ini berlalu tetapi itu menunjukkan bahwa perjalanan internasional harus pulih lebih lanjut tahun depan. Jika itu terjadi, Courvalin memprediksi bahwa harga minyak akan berada di US$ 85 per barel untuk 2022, dengan risiko naik lagi dari US$ 5 menjadi $10 lebih tinggi.

Courvalin mengatakan dia tidak akan mengesampingkan kemungkinan harga minyak mencapai US$ 100. Dia menyebabkan ada dua alasan mengapa dirinya memprediksi hal tersebut. Pertama adalah biaya naik karena perusahaan minyak meningkatkan produksi.

“Ada inflasi, di tempat lain dalam perekonomian, dan akhirnya ada inflasi di layanan minyak,” katanya.

Komentar