Uang Digital Jadi Tren Di Indonesia, Ini Kata BI

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Tren keuangan digital terus meningkat pesat di Indonesia, hal itu ditambah dengan keadaan Covid-19 yang seakan membawa keberkahan tersendiri. Hal itu diungkap Bank Indonesia (BI), yang melihat Pandemi Covid-19, mampu mengembangkan keuangan digital di tanah air.

Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI, memaparkan, pandemi Covid-19 membuat masyarakat melek akan ekonomi dan keuangan digital, baik itu transaksi sistem pembayaran maupun perdagangan.

“Ini mengapa perkembangan ekonomi dan keuangan digital pesat, kita tercatat dengan Negara startup ekonomi dan keuangan digital terbanyak nomor 6 di dunia, atau terbanyak di ASEAN. Jangan heran, kalau Indonesia jadi epicentrum of growth ASEAN,” papar Destry, dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), di JCC Jakarta, Rabu (10/5/23).

Destry mengatakan, BI sendiri sejak 2019 lalu, telah menginisiasi Blueprint sistem pembayaran menggunakan QR di Indonesia. Ia menyatakan, perkembangannya saat ini sungguh signifikan.

Ia Menambahkan, hingga April 2023, merchant atau pedagang yang menggunakan QRIS, telah mencapai 25,4 juta merchant. Di mana, unit usaha tersebut sebagian besar adalah UMKM.

Sementara itu, lanjutnya, di awal 2022, BI pun mengembangkan sistem pembayaran BI FAST, di mana masyarakat bisa melakukan transfer uang selama 24 jam dalam 7 hari, dengan berbiaya murah Rp 2.500 per satu kali transfer.

“Baru satu kuartal di 2023 (Januari-Maret), transaksi sudah mencapai Rp 1.133 triliun. Pencapaian ini tidak bisa sendiri. Begitu juga pada ekonomi digital yang kompleks. Tapi, punya potensi besar, khususnya Indonesia dengan jumlah penduduk 273 juta dan wilayah yang tersebar, maka peningkatan ekonomi digital menjadi satu keharusan,” ucapnya.

Ia berharap, Lewat Fekdi 2023, nantinya akan menjadi momentum untuk meningkatkan kolaborasi dengan otoritas berbagai Negara, apalagi di tengah Indonesia menjadi keketuaan ASEAN 2023.

“BI telah resmi launching QRIS antar negara Indonesia, Malaysia sebagai langkah perkuat dan meningkatkan kerja sama konektivitas pembayaran untuk mendukung pembayaran lintas batas yang lebih cepat, lebih murah, transparan dan inklusif di kawasan Asia Tenggara,” pungkasnya.

Komentar