FAA Hentikan Sementara Operasional Boeing 737 MAX 9 Setelah Jendela Copot Saat Terbang!

JurnalPatroliNews – California – Regulator penerbangan AS (FAA) mengambil langkah drastis dengan menangguhkan sementara operasional beberapa pesawat Boeing 737 MAX 9. Keputusan ini diambil setelah ledakan pada panel kabin mengakibatkan pesawat Alaska Airlines melakukan pendaratan darurat, menghentikan perjalanannya dari Portland, Oregon, menuju Ontario, California, pada hari Jumat.

Insiden tersebut menyebabkan badan pesawat robek di sisi kiri ketika pesawat naik setelah lepas landas. Pilot dengan cepat merespons dengan melakukan pendaratan darurat, memastikan keselamatan semua 171 penumpang dan enam awak pesawat.

Pesawat tersebut baru beroperasi selama delapan minggu sejak pengirimannya.

Meskipun keputusan FAA ini tidak seberat pelarangan terbang global yang diberlakukan lima tahun lalu terhadap Boeing MAX setelah dua kecelakaan fatal, hal ini tetap menjadi pukulan bagi Boeing, yang sedang berusaha pulih dari krisis keselamatan dan dampak pandemi.

“FAA mewajibkan inspeksi segera terhadap pesawat Boeing 737 MAX 9 tertentu sebelum mereka dapat kembali terbang,” kata ketua FAA Mike Whitaker mengutip laporan Reuters.

Media sosial dipenuhi dengan postingan yang menunjukkan masker oksigen terpasang dan sebagian dinding samping pesawat hilang. Seorang penumpang, Emma Vu, “baru saja jatuh, dan saya tahu itu bukan hanya turbulensi biasa karena masker terjatuh dan saat itulah kepanikan mulai terjadi.”

FAA mengumumkan bahwa 171 pesawat MAX 9 akan menjalani inspeksi, meskipun rincian tentang jumlah pesawat yang memerlukan inspeksi baru atau persyaratan inspeksi yang tepat tidak diungkapkan.

Boeing menyatakan dukungan terhadap keputusan FAA, sementara beberapa regulator asing, termasuk Tiongkok, telah meminta rincian lebih lanjut tentang insiden tersebut.

Tiongkok, yang menjadi negara pertama yang melarang penerbangan MAX pada 2019, sedang mempertimbangkan tindakan lebih lanjut.

Sebelumnya, seluruh armada pesawat MAX dilarang terbang selama 20 bulan setelah kecelakaan di Ethiopia dan Indonesia terkait dengan masalah perangkat lunak kokpit.

Komentar