Dari Debat Cawapres, Kirain Belimbing Sayur Gak Taunya Durian Musang King!

Oleh: Andre Vincent Wenas

JurnalPatroliNews – Jakarta – Melongo terkaget-kaget, “Gak nyangka, kirain Belimbing Sayur gak taunya Durian Musang King!”, komentar penonton debat cawapres kemarin.

Debat cawapres kemarin tampaknya lebih berbobot dibanding debat capres sebelumnya. Lagi-lagi komentar teman-teman yang lebih senior dan tentu jauh lebih pandai dari saya. Saya pun manggut-manggut menyimak para cerdik pandai berdiskusi.

Slepetnomics dari Cak Imin yang hanya ramai di kulit tanpa ada isinya. Apa-apa mau dislepet. Ah sudahlah. Sementara Prof. Mahfud MD yang berpengalaman itu banyak bercerita tentang laporan-laporan yang masuk ke meja kerjanya.

Betapa susah dan rumitnya permasalahan hukum yang mesti Prof Mahfud hadapi di lapangan. Deskriptif dan sangat bagus untuk studi kasus di fakultas hukum. Urus negara memang nggak gampang. Masih banyak PR yang mesti diselesaikannya sebagai Menkopolhukam.

Sementara si Belimbing Sayur dengan lincah dan enteng berbicara tentang apa saja yang jadi harapan anak-anak muda (dan orang tua dari anak-anak muda itu).

Terasa betul proksimitas dari narasi tentang harapan Gibran dengan ekspektasi anak-anak muda, dan – sekali lagi – dengan kegelisahan orang tua dari anak-anak muda itu.

Soal program cyber security, pinjol, dan digitalisasi serta isu lingkungan. Gibran memaparkan apa yang sudah dilakukannya di Solo Technopark. Itu bisa jadi referensi. Dan untung saja Gibran tidak mengeluhkan hambatan yang sedang dialami bangsa ini gegara korupsi BTS yang triliunan itu.

Entah Cak Imin mesti ngomong apa soal Nasdem dan Johny Plate? Dan Prof Mahfud harus membela Puan Maharani gegara perusahan suaminya terlibat dan sudah terbukti bersalah. Sekali lagi, sudah terbukti bersalah di pengadilan, dan dirutnya pun sudah masuk penjara.

Soal menaikan rasio pajak (tax ratio) yang tentu saja beda dengan soal menaikan pajak. Yah ini sebetulnya agak menggelikan, lantaran ditanyakan di sebuah forum debat tingkat tinggi.

Sementara menanggapi soal IKN, jawaban Gibran pamungkas, IKN ini bukan hanya membangun bangunan pemerintah. Tapi juga sebagai simbol pemerataan pembangunan. Simbol transformasi pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang Indonesia Sentris, bukan Jakarta Sentris.

Akhirnya ada yang mengaku, dikira cupu ternyata suhu. Dikira planga-plongo, tapi sekalinya nge-rush langsung MVP (most valuable player). Harus kita akui Gibran berhasil mendominasi debat cawapres. Ia mewakili generasi muda Indonesia yang punya visi dan misi yang kongkrit untuk membangun bangsa. Bukan sekedar jargon dan pintar memainkan kata tapi kosong makna.

Komentar