PSI Yang Pertama Deklarasi Ganjar, Tapi Tak Dianggap Oleh PDIP, Kenapa Ya?

Oleh: Andre Vincent Wenas

JurnalPatroliNews – Jakarta – Seingat kita, PSI atau Partai Solidaritas Indonesia adalah parpol pertama yang mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres, ia dipasangkan dengan Yenny Wahid, putri Gus Dur yang memang juga pintar dan berani.

Seperti sudah banyak diketahui publik, rupanya PDIP tidak senang, katanya PSI tidak tahu etika politiklah, kurang komunikasi politiklah, dan berbagai kekurangan lainnyalah (kalau ada).

Ini fenomena yang aneh, mengapa sebuah parpol besar bisa merasa tidak senang kadernya dicapreskan oleh parpol lain? Bukankah justru ini sebuah bentuk penghormatan sebetulnya?

Lalu seorang kawan bilang, iya sih kecuali parpol besar itu punya agenda lain pada saat itu.

Agenda lain? Apa itu persisnya? Tanya saya polos.

Ya sederhana saja, wong saat itu mereka lagi habis-habisan coba mendongkrak elektabilitas putri mahkotanya. Eh ini ada parpol centil yang malah mendeklarasikan “saingan internalnya” untuk jadi bacapres. Jelas saja mereka kebakaran jenggot dan sewot.

Sewotnya sampai sekarang, dengan menunjukan kengambekannya secara kekanak-kanakan (childish). Enggan mengakui fakta politik (bahkan yang sudah tercatat dalam sejarah kontemporer) bahwa PSI adalah parpol pertama yang mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres.

Kalau dilihat dari aspek bagaimana PSI bisa mencalonkan Ganjar Pranowo pada tahun lalu, sebetulnya semua amat sangat transparan. Terbuka, semua tahu, termasuk para kandidatnya pun tahu.

Pada waktu itu (akhir Februari 2022) PSI mengadakan ‘Rembuk Rakyat: Mencari Penerus Jokowi’, ini poling (jajak pendapat) secara online dan bersifat terbuka. Waktunya cukup panjang, mulai di akhir Februari 2022 sampai Oktober 2022, sekitar 8 bulan. Selama itu pula PSI menyosialisasikannya di berbagai platform media.

Lalu pada Senin, 3 Oktober 2022, PSI mengumumkan hasilnya, dari 9 kandidat. Ganjar Pranowo yang pertama, mendapat 49,96%, kemudian diikuti oleh Erick Thohir (19,96%) dan Mahfud MD (6,04%). Lalu 6 lainnya adalah: Ridwan Kamil, Andika Perkasa, Najwa Shihab, Emil Dardak, Tito Karnavian dan Sri Mulyani Indrawati, yang memperoleh sekitar 3% – 5%.

Komentar