Uji Coba Menabrakan Diri Ke Asteroid, Pesawat Luar Angkasa NASA Hancur Berkeping-keping

Sebelum tabrakan, Dimorphos membutuhkan waktu sekitar 11 jam dan 55 menit untuk mengelilingi pasangannya itu yang memiliki lebar sekitar 780 meter.

Kurun waktu itu seharusnya berkurang beberapa menit menyusul terjadinya tabrakan.

Berdasarkan bukti gambar yang diperoleh dari jarak 11 juta kilometer dari Bumi, semuanya tampak berjalan sesuai rencana.

Pesawat ruang angkasa DART bergerak dengan kecepatan rata-rata 22.000 kilometer per jam dan harus terlebih dahulu membedakan batu yang lebih kecil dari yang terbesar. Perangkat lunak navigasi kemudian menyesuaikan lintasan dengan tembakan pendorong untuk memastikan tabrakan menyasar target.

DART adalah akronim dari Double Asteroid Redirection Test(Tes Pengalihan Asteroid Ganda).

Para ilmuwan terpesona untuk melihat –meskipun sebentar– bentuk yang berbeda dari kedua asteroid tersebut.

Didymos, seperti yang diharapkan, memiliki bentuk seperti berlian. Ada batu-batu besar di permukaannya tapi juga ada beberapa area dengan batu yang sangat halus.

Dr Carolyn Ernst, ilmuwan instrumen pada sistem kamera DART, sangat senang melihat Dimorphos.

“Ini nampak menarik; ini bulan kecil; sangat mungil,” katanya.

“Dalam banyak hal, terlihat seperti beberapa asteroid kecil lainnya yang pernah kita lihat, dan mereka juga tertutup batu besar. Jadi kamu menduga itu mungkin tumpukan puing.”

Pesawat ruang angkasa ini dirancang untuk melakukan “persis seperti yang tertulis di logam itu,” kata pemimpin misi di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins, Dr Andy Rivkin kepada BBC News.

“Teknik ini yang disebut ‘teknik penabrak kinetik’ bisa digunakan jika ada asteroid yang datang di masa depan. Ini adalah ide yang sangat sederhana: Anda menabrakkan pesawat ruang angkasa ke objek yang Anda khawatirkan, dan Anda menggunakan massa serta kecepatan pesawat ruang angkasa Anda untuk sedikit mengubah orbit objek itu sehingga tidak menabrak Bumi.”

Dimorphos dan Didymos dipilih dengan cermat. Keduanya tidak berada di jalur yang bersinggungan dengan Bumi, dan perubahan kecil dalam interaksi kedua orbit itu tidak akan meningkatkan risiko.

Akan tetapi ada batu di luar sana yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi umat manusia.

Komentar